KEPENTINGAN RUSIA DIBALIK PENJUALAN ALAT UTAMA SISTEM PERSENJATAAN KE MESIR
Abstract
Pada tahun 2013, politik Mesir kembali diwarnai oleh kudeta militer yang
menggulingkan pemerintahan Presiden Mohammed Morsi. Kudeta tersebut
menghasilkan pemerintahan baru dibawah Abdel Fattah el-Sisi yang berasal dari
golongan militer. Amerika Serikat sebagai sekutu Mesir, mengecam kudeta
tersebut dan memutuskan membekukan bantuan ekonomi dan militer tahunan
kepada Mesir. Bantuan ekonomi dan militer dari Amerika Serikat merupakan
sumber daya utama Mesir melawan terorisme di wilayahnya. Pada November
2013, delegasi Rusia yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov
datang ke Mesir menawarkan bantuan militer. Pertemuan tersebut menghasilkan
kesepakatan penjualan senjata militer senilai dua miliar dolar Amerika Serikat
(USD). Kesepakatan penjualan senjata militer merupakan langkah awal Rusia
membangun hubungan bilateral strategis dengan Mesir. Kesepakatan tersebut
berkaitan dengan penjualan senjata militer pertama Rusia ke Mesir sejak era
perang dingin. Kesepakatan penjualan senjata militer menghasilkan hubungan
strategis baru Rusia dengan Mesir dan manuver politik Rusia untuk kembali
menjadi aktor berpengaruh di Timur Tengah. Pada tahun 2014, Rusia dan Mesir
kembali mencapai kesepakatan penjualan senjata militer senilai 3,5 miliar USD.
Hubungan strategis ini juga mengarah kepada kesepakatan ekonomi.
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif untuk
meneliti kepentingan Rusia dalam penjualan Alat Utama Sistem Persenjataan
(alutsista) ke Mesir. Metode tersebut menuntut penulis untuk dapat menganalisis
data dengan sifat deduktif, dan hasil dari penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan datadata
sekunder dari berbagai sumber. Landasan konseptual yang digunakan ialah
konsep geopolitik dari Mackinder dan Mahan untuk menjelaskan perilaku negara
viii
kekuatan besar dalam memperebutkan wilayah geografis. Selain itu, penulis
menambahkan teori hubungan internasional realis untuk menganalisis relasi
negara kekuatan besar dalam politik internasional.
Hasil penelitian membuktikan bahwa Rusia memiliki kepentingan jangka
pendek dan jangka panjang di Timur Tengah. Kepentingan jangka pendek Rusia
yaitu mengamankan pasar energi dan senjata. Kepentingan jangka panjang Rusia
adalah berusaha mengimbangi kekuatan Amerika Serikat di Timur Tengah karena
mengancam kepentingan Rusia seperti mengancam akan menyerang Suriah yang
merupakan sekutu Rusia. Supaya dapat mencapai kepentingan tersebut, Rusia
membutuhkan dukungan Mesir yang merupakan negara berpengaruh di Timur
Tengah. Kesepakatan penjualan alutsista Rusia ke Mesir pada tahun 2013
menghasilkan dukungan Mesir kepada Rusia dalam politik internasional di Timur
Tengah dan mampu mengamankan kepentingan Rusia serta menciptakan
perimbangan kekuatan di Timur Tengah.