ANALISIS EFISIENSI PG. WATOETOELIS KABUPATEN SIDOARJO
Abstract
Tebu adalah tanaman berkeping satu (monokotil), termasuk suku rumputrumputan.
Tinggi batangnya 3 – 5 m, batangnya beruas dan berbuku, daundaunnya
duduk pada setiap buku dan tebu tumbuh di dataran rendah tropika.
Di Indonesia terbanyak diusahakan di Pulau Jawa, terutama Jawa Timur.
Pengusahaan tebu di Indonesia dilaksanakan oleh rakyat dan Pabrik Gula (PG).
Tujuan utama PG ialah untuk menghasilkan gula kristal putih.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui kualitas tebu yang
di giling PG Watoetoelis, (2) untuk mengetahui biaya pokok produksi gula
PG Watoetoelis, dan (3) untuk mengetahui efisiensi teknis PG Watoetoelis.
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive
methods). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahun 2009 –
2013 yang dimiliki oleh PG Watoetoelis dan instansi lain sebagai pendukung.
Data yang digunakan antara lain biaya produksi gula, data indikator efisiensi
teknis pabrik gula dan data dari instansi lain yaitu biaya pokok produksi (BPP)
nasional, harga lelang tetes dan harga lelang gula.
Hasil analisis menunjukkan bahwa (1) Pabrik Gula Watoetoelis tidak
efisiensi teknis selama tahun 2009 - 2013. Terlihat dari angka parameter efisiensi
teknis rata-rata selama 5 tahun yang masih berada di bawah standar yaitu, nilai
ME 86,03%, OR 80,97%, pol 9,58%, rendemen 6,76%. Hanya nilai BHR dengan
nilai 96,06% saja yang berada di atas standar, akan tetapi nilai OR berada di
bawah standar dimana nilai OR merupakan total keseluruhan dari proses
pengolahan tebu menjadi gula, (2) kualitas bahan baku PG Watoetoelis tahun
2009–2013 memiliki mutu yang rendah, terlihat dari standar dengan nilai rata-rata
selama 5 tahun terakhir untuk nilai kadar nira 73,10%, pol 9,58% dan nilai NPP
10,17. Nilai untuk kualitas tebu tersebut berada di bawah standar yaitu, 80-83%
untuk kadar nira, ≥ 12,0% untul pol dan ≥ 14,00 untuk nilai NPP, dan (3) Biaya Pokok Produksi (BPP) PG Watoetoelis tahun 2010-2013 tidak efisien, karena
berada di atas BPP standar. Nilai BPP PG Watoetoelis selama tahun 2010 - 2013
adalah Rp 6.874/kg, Rp 7.696/kg, Rp 8.830/kg dan Rp 8.931/kg, sedangkan BPP
standar Rp 6.350/kg, Rp 7.000/kg, Rp 8.100/kg dan Rp 8.500/kg. Saran yang
dapat dilakukan dari hasil penelitian ini adalah (1) PG Watoetoelis seharusnya
melakukan peremajaan terhadap mesin pabrik yang berusia tua, supaya PG
Watoetoelis dapat berproduksi secara maksimal. (2) Pemerintah seharusnya
melakukan pendekatan kepada petani tebu, agar petani tebu masih mau
mengusahakan lahannya, sehingga lahan dan produksi tebu tidak berkurang yang
akan berpengaruh positif terhadap biaya pokok produksi gula PG Watoetoelis.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]