Pengaruh Pembelajaran IPA berbasis Problem Based Learning (PBL) dan Value Clarification Technique (VCT) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa (Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 3 Jember Tahun Pelajaran 2014/2015):
Abstract
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia, salah satunya melalui penyempurnaan kurikulum yaitu
kurikulum 2013. Proses pembelajaran IPA yang dianut oleh kurikulum 2013
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Salah satu model
pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik, yaitu model Problem Based
Learning (PBL). PBL adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan
masalah sebagai titik acuan atau fokus untuk mengembangkan keterampilan siswa
dalam memecahkan masalah, materi, dan pengaturan diri. Pada pelajaran IPA
Biologi, selain pemahaman konsep juga ditekankan pentingnya mengembangkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah. Salah satu kemampuan berpikir yang
perlu dikembangkan adalah kemampuan berpikir kritis. Tahapan pertama dalam PBL
adalah mengorientasikan siswa pada masalah. Masalah yang diajukan masih mengacu
pada materi, sehingga belum mampu mengajak siswa untuk menelaah nilai-nilai
dalam sains. Oleh karena itu perlu metode pembelajaran yang dapat melengkapinya.
Value Clarification Technique (VCT) adalah metode pembelajaran nilai di mana
peserta didik akan dilatih untuk menemukan, memilih, menganalisis, memustuskan,
mengambil sikap sendiri nilai-nilai hidup yang ingin diperjuangkannya. Oleh karena
itu dilakukan penelitian yang berjudul pengaruh pembelajaran IPA berbasis Problem
Based Learning (PBL) dan Value Clarification Technique (VCT) terhadap
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh pembelajaran IPA
berbasis PBL dan VCT dibandingkan konvensional terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa; 2) pengaruh pembelajaran IPA berbasis PBL dan VCT dibandingkan
konvensional terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan sistem ekskresi di
SMP Negeri 3 Jember. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
inovasi pembelajaran yang tepat pada materi sistem ekskresi.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment. Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII sejumlah 270 anak di SMP Negeri 3 Jember tahun
pelajaran 2014/2015. Sampel penelitian ini adalah dua kelas yang ditentukan melalui
uji homogenitas nilai ulangan harian (UH) pada BAB 5 sistem pencernaan. Desain
penelitian ini adalah dua kelas secara random. Penilaian kognitif siswa melalui
ix
pretest dan posttest. Penilaian kemampuan berpikir kritis siswa melalui lembar kerja
siswa (LKS), dan observasi selama pembelajaran berlansung untuk menilai hasil
belajar afektif dan psikomotor siswa.
Penelitian menerapkan dua kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen
menggunakan pembelajaran IPA berbasis PBL dan VCT sedangkan kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini adalah: 1)
pembelajaran IPA berbasis PBL dan VCT dibandingkan konvensional berbeda secara
signifikan (p=0,035) terhadap kemampuan berpikir kritis. Rerata kelas kontrol
sebesar 2,89 (±0,18) dan kelas eksperimen sebesar 3,08 (± 0,12); 2) pembelajaran
IPA berbasis PBL dan VCT dibandingkan konvensional berpengaruh secara tidak
signifikan (p=0,967) terhadap hasil belajar kognitif. Rerata nilai kelas kontrol sebesar
82,59 ± 7,13 dan kelas eksperimen sebesar 83,69 ± 6,46. Pembelajaran IPA berbasis
PBL dan VCT dibandingkan konvensional berbeda secara signifikan (p=0,045)
terhadap hasil belajar afektif. Rerata kelas kontrol sebesar 2,76 (±0,30) dan kelas
eksperimen sebesar 3,28 (±0,33). Pembelajaran IPA berbasis PBL dan VCT
dibandingkan konvensional berbeda secara signifikan (p=0,029) terhadap hasil
belajar psikomotor. Rerata kelas kontrol sebesar 2,85 (± 0,16) dan kelas eksperimen
sebesar 3,26 (± 0,19) dari skala 4.
Kesimpulan penelitian ini adalah pembelajaran IPA berbasis PBL dan VCT
berbeda secara signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis, hasil belajar afektif
dan psikomotor, serta berpengaruh secara tidak signifikan terhadap hasil belajar
kognitif. Saran yang diberikan adalah hendaknya nilai afektif siswa diukur terlebih
dahulu, agar peneliti yakin bahwa nilai afektif siswa pada kelas yang digunakan
sebagai sampel penelitian telah homogen sejak awal. Selain itu, pemilihan masalah
yang digunakan dalam pembelajaran PBL harus lebih komplek dan mampu menarik
rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran.