PERTUMBUHAN DAN MUTU BIBIT KOPI KLON BP 308 SEBAGAI RESPON DOSIS PUPUK ORGANIK DAN CEKAMAN KEKERINGAN
Abstract
Kopi (Coffea sp) merupakan komoditas ekspor terpenting kedua dalam perdagangan global. Pertambahan luas areal tanaman kopi robusta, harus diimbangi juga dengan meningkatnya kebutuhan akan bibit yang cukup untuk memenuhi areal pertanaman kopi. Penyediaan bibit kopi harus memperhatikan kualitas dari bibit yang dihasilkan selama masa pembibitan. Tahap awal yang penting dalam pembibitan tanaman kopi adalah bahan tanam unggul serta penerapan komposisi klon Robusta secara tepat. Salah satu klon anjuran pada jenis kopi robusta (Coffea canephora) untuk pembibitan adalah Klon BP 308 (Coffea canephora Pierre Ex. A. Froehner). Usaha pembibitan tanaman kopi yang dilakukan secara besar-besaran seringkali dijumpai masalah ketersediaan jumlah air. Dilain pihak pembibitan kopi khususnya jenis kopi robusta menghendaki kecukupan air agar dapat tumbuh dengan baik. Pemanfaatan pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kadar air tanah. Salah satu pupuk organik yang dapat diberikan adalah dari residu tanaman seperti kulit buah kopi. Pupuk organik yang ditambahkan ke dalam tanah dapat meningkatkan kandungan unsur N dalam tanah karena di dalamnya terkandung unsur hara yang komplek selain mengandung unsur N, pupuk organik juga mengandung unsur P dan K serta unsur-unsur hara mikro.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh; (1) dosis pupuk organik dan cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan mutu bibit kopi klon BP 308, (2) dosis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan mutu bibit kopi klon BP 308, (3) cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan mutu bibit kopi klon BP 308. Penelitian ini dilakukan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Kebun Percobaan Kaliwining, Jember. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor dan diulang tiga kali. Faktor pertama adalah dosis pupuk organik dengan Tanpa pemberian pupuk organik (10g urea/tanaman diberikan 2g/minggu), 300g pupuk organik/tanaman (25% atau 2,6 g N), 400g pupuk organik/tanaman (40% atau 4,6 g N) dan faktor kedua adalah cekaman kekeringan dengan taraf 90-100% kapasitas lapang, 70-80% kapasitas lapang, 50-60% kapasitas lapang. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis statistik dengan menggunakan analisis ragam. Apabila terdapat perbedaan diantara kedua perlakuan maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda (Uji Duncan) pada taraf 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)Dosis pupuk organik dan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter indeks mutu bibit dan luas daun, serta memiliki standar indeks mutu bibit lebih dari 0,09 dan siap pindah lapang, (2) Dosis pupuk organik 400 g atau 4,6 gN berpengaruh sangat nyata terhadap rasio pucuk akar dan berpengaruh nyata pada tinggi tanaman, dan (3) Cekaman kekeringan berpengaruh tidak nyata terhadap seluruh parameter percobaan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]