PERBANDINGAN MODEL NEGATIVE BINOMIAL DAN ZERO INFLATED NEGATIVE BINOMIAL UNTUK MENGATASI OUTLIER DAN EXCESS ZEROS PADA ROW COLUMN INTERACTION MODELS
Abstract
Distribusi Zero Inflated Negative Binomial (ZINB) merupakan metode yang
dibentuk dari distribusi Negative Binomial. Metode ini mengasumsikan bahwa data
cacah yang memiliki pengamatan nol di dalamnya terbagi menjadi 2 bagian. Bagian
pertama disebut zero state, terjadi dengan probabilitas 𝜔 dan bagian kedua adalah
pengamatan selain nol yang bersebar secara Negative Binomial dengan peluang
(1−𝜔).
Pendugaan data pada penelitian model aditif dengan menggunakan distribusi
ZINB cukup sering dijumpai, namun untuk penelitian model multiplikatif masih
jarang digunakan. Salah satu model yang digunakan untuk model multiplikatif adalah
model AMMI. AMMI merupakan suatu teknik analisis data percobaan dua faktor
perlakuan dengan pengaruh utama perlakuan bersifat aditif sedangkan untuk
pengaruh interaksi dimodelkan dengan model multiplikatif (bilinier). Untuk
mengatasi data yang mempunyai respon tidak normal, telah dikembangkan model
multiplikatif Generalized AMMI (GAMMI) sebagai perluasan dari AMMI. Seiring
dengan berkembangnya penggunaan model GAMMI ini, muncul suatu metode baru
yang dapat memberikan pemodelan layaknya model GAMMI. Model tersebut adalah
RCIM (Row-Column Interaction Model). RCIM memberikan pendugaan model
interaksi dengan menggunakan konsep RR-VGLM (Reduced Rank Vector
Generalized Linear Model) dimana pendugaan dilakukan dengan menggunakan
viii
metode reduced rank regression. RCIM dapat memberikan pendekatan pada model
GAMMI disebabkan oleh kesamaan dalam proses pendugaannya yaitu dengan
menggunakan metode pendugaan bolak balik.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan model Negative Binomial
dengan model Zero Inflated Negative Binomial pada Row-Column Interaction Model.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cacah yang mengalami kondisi
outlier dan excess zeros dengan menggunakan 12 galur dan 5 lokasi dalam
percobaannya, data ini cukup menarik karena terdapat angka nol penuh pada satu
baris serta data cacah yang juga mengalami kondisi outlier dan excess zeros yang
menggunakan 15 galur dan 8 lokasi dalam percobaannya. Hasilnya adalah pada data
cacah yang mengalami excess zeros dan terdapat outlier serta terdapat angka nol
penuh pada satu baris, MSE RCIM Negative Binomial dapat memberikan pendugaan
yang lebih baik daripada MSE RCIM ZINB, namun RCIM1 ZINB dengan 1
pengaruh interaksi sudah cukup untuk menduga data sedangkan RCIM Negative
Binomial tidak signifikan pada semua RCIM. Sedangkan pada data yang
mengandung outlier dan excess zeros, RCIM ZINB dapat memberikan pendugaan
yang lebih baik dan lebih kecil daripada RCIM Negative Binomial. Hal ini dapat
dilihat dari besar MSE RCIM ZINB lebih kecil dan RCIM1 ZINB dengan 1 pengaruh
interaksi sudah cukup untuk menduga data sedangkan RCIM Negative Binomial
harus menggunakan RCIM3 Negative Binomial untuk menduga data.
Selanjutnya peneliti menggunakan data cacah berdistribusi Negative Binomial
menggunakan 15 galur dan 8 lokasi dengan pengamatan nol dalam percobaannya.
Prosesnya secara bertahap dengan mengisikan setiap kolom yang memiliki nilai
pengamatan terendah dengan pengamatan nol hingga setiap kolom terdapat
pengamatan nol. Pengamatan nol ini dimulai dari prosentase 8,33% hingga 20%. Data
ke-1 memiliki 10 pengamatan nol, data ke-2 memiliki 11 pengamatan nol, dan begitu
seterusnya hingga data ke-15. Kemudian dilakukan pendugaan pada masing-masing
data dengan pendugaan RCIM ZINB dan RCIM Negative Binomial. Hasilnya adalah
RCIM ZINB dapat memberikan MSE yang cukup stabil dan memiliki tren menurun.Selain itu nilai MSE pada RCIM Negative Binomial cenderung tidak stabil pada
setiap modelnya. Hal ini memunculkan keraguan dalam pendugaan dengan
menggunakan RCIM Negative Binomial pada data cacah dalam keadaan excess zeros.