POTENSI EKSTRAK FENOLIK TANAMAN OBAT TAMAN NASIONAL MERU BETIRI: BIDARA UPAS (Merreimia mammosa) DAN KAYU KUNING (Arcangelisia flava) SEBAGAI ANTIDIABETIK DAN ANTIOKSIDAN
Abstract
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme yang secara global
prevalensinya tinggi. Akumulasi glukosa darah yang berlebih pada penderita DM
menyebabkan berbagai komplikasi karena glukosa dapat mengalami reaksi
autookisdasi yang menghasilkan radikal bebas. Radikal anion superoksida dan
hidroksil yang dihasilkan dapat bereaksi dengan berbagai makromolekul tubuh
sehingga menyebabkan stres oksidatif. Terapi farmakologis menggunakan obat
antidiabetik sintetis seperti akarbosa memiliki efek samping pada gastrointestinal
sedangkan obat antioksidan sintetis seperti butil hidroksianisol bersifat
karsinogenesis. Kondisi ini menyebabkan banyak penelitian diarahkan untuk mencari
obat antidiabetik dan antioksidan alami yang berasal dari bahan alam. Bidara upas
dan Kayu kuning merupakan bahan baku obat tradisional yang tumbuh di kawasan
Taman Nasional Meru Betiri. Potensi ekstrak fenolik dari Bidara upas dan Kayu
kuning sebagai antidiabetik dan antioksidan dianalisis dalam penelitian ini.
Potensi ekstrak fenolik Bidara upas dan Kayu kuning sebagai antidiabetik dan
antioksidan dianalisis secara in-vitro menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis.
Radikal DPPH digunakan untuk melihat potensi ekstrak sebagai antioksidan secara
umum sedangkan potensinya sebagai antioksidan yang lebih spesifik menggunakan
radikal anion superoksida dan hidroksil. Hasil analisis peredaman radikal DPPH
dalam bentuk IC50 dibandingkan untuk menentukan ekstrak yang paling berpotensi
sebagai peredam radikal tersebut. Nilai IC50 yang lebih kecil menunjukkan potensinya
yang lebih baik. Potensi ekstrak sebagai peredam radikal anion superoksida dan
viii
hidroksil dilihat dari nilai persen peredamannya. Ekstrak dengan konsentrasi yang
sama dan memiliki persen peredaman yang lebih tinggi menunjukkan potensi yang
lebih baik. Vitamin C digunakan sebagai standar dalam analisis antioksidan
sedangkan akarbosa digunakan sebagai standar dalam analisis antidiabetik. Analisis
potensi ekstrak sebagai antidiabetik didasarkan pada penghambatan α-amilase dan α-
glukosidase. Ekstrak yang memiliki persen penghambatan pada α-amilase dan α-
glukosidase yang lebih tinggi pada konsentrasi yang sama dikatakan lebih berpotensi.
Mekanisme penghambatan α-amilase dan α-glukosidase oleh senyawa aktif dalam
ekstrak yang paling berpotensi sebagai antidiabetik dipelajari dari kinetika
penghambatannya.
Hasil analisis antioksidan menunjukkan bahwa ekstrak fenolik daun Bidara
upas dan Kayu kuning berpotensi sebagai antioksidan dibandingkan dengan standar
vitamin C. Ekstrak MBU (metanol Bidara upas) meredam aktivitas radikal DPPH,
anion superoksida, dan hidroksil tertinggi dibandingkan ekstrak HBU (heksana
Bidara upas) dan EBU (etil asetat Bidara upas). Ekstrak MKK (metanol Kayu kuning)
meredam aktivitas radikal DPPH dan hidroksil tertinggi dibandingkan ekstrak HKK
(heksana Kayu kuning) dan EKK (etil asetat Kayu kuning). Ekstrak EKK meredam
aktivitas radikal anion superoksida tertinggi dibandingkan ekstrak HKK dan MKK.
Ekstrak HBU, EBU, HKK, dan EKK berpotensi sebagai antidiabetik dibandingkan
dengan standar akarbosa sedangkan ekstrak MBU dan MKK tidak berpotensi. Ekstrak
EKK paling berpotensi sebagai antidiabetik dibandingkan ekstrak HBU, EBU, MBU,
HKK, dan MKK karena memiliki aktivitas penghambatan yang tinggi pada α-amilase
dan α-glukosidase. Senyawa aktif dalam ekstrak EKK menghambat α-amilase dan α-
glukosidase secara campuran yaitu kompetitif dan unkompetitif.