dc.description.abstract | Kerusakan pada tanah yang terjadi secara terus menerus tanpa adanya suatu
tidakan perbaikan maka dapat memicu terjadinya kekritisan lahan. Menurut
Keputusan Menteri Kehutanan No. 52/Kpts-II/2001 (Dep.Hut-b, 2001) lahan
kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga lahan tersebut
tidak dapat berfungsi secara baik sesuai peruntukannya sebagai media produksi
dan maupun sebagai media tata air. Kekritisan lahan dapat diperbaiki dan
ditingkatkan kembali kualitasnya melalui perencanaan dan manajemen
penggunaan lahan secara optimal berdasarkan kesesuaian lahan dan aspek
hidrologi. Sebagai tahapan awal sebelum melakukan perencanaan terkait upaya
perbaikan dan peningkatan kualitas lahan maka perlu dilakukan penilaian
kekritisan lahan. Penilaian tersebut penting untuk mengetahui sebaran tingkat
kekritisan lahan, sehingga upaya perbaikan lahan yang dilakukan dapat terarah,
efektif dan tepat sasaran.
Penelitian ini dilakukan dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bomo
yang meliputi Kecamatan Songgon dan Sempu dengan 43 titik pengamatan yang
yang disebarkan berdasarkan peta potensi kerusakan tanah tingkat sedang sampai
tinggi yang diperoleh dari hasil skoring dan overlay dari overlay dari 4 peta yaitu
peta curah hujan, peta lereng, peta penutup lahan, dan peta jenis tanah. Overlay
peta dengan menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3. Penilaian tingkat
kekritisan lahan menggunakan metode skoring dimana masing-masing parameter
diberi bobot berdasarkan perannya, dan diberi kategori nilai dari rendah, agak
rendah, sedang, agak tinggi sampai tinggi, dan masing-masing diberi skor 1-5.
Selanjutnya diklasifikasi berdasarkan jumlah hasil kali bobot dan skor. Parameter
terkait penilaian kekritisan lahan meliputi: (1) parameter alami yang terdiri dari
solum tanah, kelas lereng, batuan singkapan, morfoerosi, jenis tanah, dan (2)
parameter manajemen yang terdiri dari vegetasi penutup dan teknik konservasi
tanah yang diaplikasikan (Paimin dkk., 2006).
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kekritisan lahan di daerah aliran
sungai (DAS) Bomo menunjukkan bahwa DAS Bomo bagian hulu memiliki
tingkat kekritisan lahan yang terbagi kedalam 3 kelas tingkat kekritisannya
berdasarkan hasil skoring yaitu tidak kritis, potensi kritis, dan agak kritis.
Sebagian besar DAS Bomo bagian hulu berupa lahan tidak kritis yaitu sebesar
667,212 Ha atau 60,35%, sedangkan lahan potensial kritis yaitu sebesar 21,926
Ha atau 1,98 % dengan faktor pembatas utama yaitu tingkat kelerengannya
dengan nilai berkisar 24 - 45% lereng dan lahan agak kritis yaitu sebesar 416,439
Ha atau 37,67 % dari total luas wilayah pengamatan dengan faktor pembatas
utama yaitu tipe penggunaan lahan. | en_US |