Show simple item record

dc.contributor.advisorSUDIBYA, Joko
dc.contributor.advisorARIFANDI, Josi Ali
dc.contributor.authorHERMANTO
dc.date.accessioned2015-11-30T07:07:39Z
dc.date.available2015-11-30T07:07:39Z
dc.date.issued2015-11-30
dc.identifier.nim101510501107
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/65109
dc.description.abstractKerusakan pada tanah yang terjadi secara terus menerus tanpa adanya suatu tidakan perbaikan maka dapat memicu terjadinya kekritisan lahan. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan No. 52/Kpts-II/2001 (Dep.Hut-b, 2001) lahan kritis adalah lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi secara baik sesuai peruntukannya sebagai media produksi dan maupun sebagai media tata air. Kekritisan lahan dapat diperbaiki dan ditingkatkan kembali kualitasnya melalui perencanaan dan manajemen penggunaan lahan secara optimal berdasarkan kesesuaian lahan dan aspek hidrologi. Sebagai tahapan awal sebelum melakukan perencanaan terkait upaya perbaikan dan peningkatan kualitas lahan maka perlu dilakukan penilaian kekritisan lahan. Penilaian tersebut penting untuk mengetahui sebaran tingkat kekritisan lahan, sehingga upaya perbaikan lahan yang dilakukan dapat terarah, efektif dan tepat sasaran. Penelitian ini dilakukan dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Bomo yang meliputi Kecamatan Songgon dan Sempu dengan 43 titik pengamatan yang yang disebarkan berdasarkan peta potensi kerusakan tanah tingkat sedang sampai tinggi yang diperoleh dari hasil skoring dan overlay dari overlay dari 4 peta yaitu peta curah hujan, peta lereng, peta penutup lahan, dan peta jenis tanah. Overlay peta dengan menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3. Penilaian tingkat kekritisan lahan menggunakan metode skoring dimana masing-masing parameter diberi bobot berdasarkan perannya, dan diberi kategori nilai dari rendah, agak rendah, sedang, agak tinggi sampai tinggi, dan masing-masing diberi skor 1-5. Selanjutnya diklasifikasi berdasarkan jumlah hasil kali bobot dan skor. Parameter terkait penilaian kekritisan lahan meliputi: (1) parameter alami yang terdiri dari solum tanah, kelas lereng, batuan singkapan, morfoerosi, jenis tanah, dan (2) parameter manajemen yang terdiri dari vegetasi penutup dan teknik konservasi tanah yang diaplikasikan (Paimin dkk., 2006). Hasil penelitian menunjukkan tingkat kekritisan lahan di daerah aliran sungai (DAS) Bomo menunjukkan bahwa DAS Bomo bagian hulu memiliki tingkat kekritisan lahan yang terbagi kedalam 3 kelas tingkat kekritisannya berdasarkan hasil skoring yaitu tidak kritis, potensi kritis, dan agak kritis. Sebagian besar DAS Bomo bagian hulu berupa lahan tidak kritis yaitu sebesar 667,212 Ha atau 60,35%, sedangkan lahan potensial kritis yaitu sebesar 21,926 Ha atau 1,98 % dengan faktor pembatas utama yaitu tingkat kelerengannya dengan nilai berkisar 24 - 45% lereng dan lahan agak kritis yaitu sebesar 416,439 Ha atau 37,67 % dari total luas wilayah pengamatan dengan faktor pembatas utama yaitu tipe penggunaan lahan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectKEKRITISAN LAHANen_US
dc.titlePENILAIAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) BOMO KABUPATEN BANYUWANGIen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record