dc.description.abstract | Sebagian besar pendapatan hotel berasal dari room division karena penyediaan kamar merupakan penjualan utama bagi industri perhotelan. Oleh karena itu, industri perhotelan dituntut untuk dapat menentukan harga kamar dengan tepat. Hal tersebut menyebabkan pihak manajemen membutuhkan informasi yang akurat seperti biaya kamar atau unit cost untuk digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis hasil penghitungan biaya kamar dengan menggunakan metode Time Driven Activity Based Costing (TDABC). TDABC lebih menekankan pada penggunaan unit waktu sebagai dasar perhitungan biaya. Objek dalam penelitian ini adalah Bintang Mulia Hotel & Resto dan hanya berfokus pada Room Division. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Hasil dari perhitungan TDABC nantinya akan dibandingkan dengan harga kamar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Berdasarkan metode benchmark yang dilakukan oleh perusahaan, harga kamar jenis Superior, Regency, Premier, dan Mulia Suite berturut-turut adalah Rp 300.000, Rp 340.000, Rp 475.000, dan Rp 550.000, sedangkan menurut perhitungan TDABC, harga kamar jenis Superior, Regency, Premier, dan Mulia Suite berturut-turut adalah Rp 324.271,81, Rp 346.643,36, Rp 414.437,35, dan Rp 431.426,38. Jadi, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2014, Bintang Mulia Hotel & Resto beroperasi dengan profit margin yang kurang sesuai dan hanya menggunakan sebagian kecil dari total kapasitasnya, artinya jumlah used capacity lebih kecil dibandingkan unused capacitynya. | en_US |