KAJIAN STRUKTUR, FORMULA, DAN FUNGSI SYAIR-SYAIR KESENIAN HADRAH KUNTULAN DALAM MASYARAKAT USING BANYUWANGI
Abstract
Menurut Hutomo (1991:1), sastra lisan memiliki bermacam-macam bentuk,
yaitu cerita rakyat, mantra, puisi, puji-pujian, syair, dan pantun. Syair merupakan
warisan budaya nusantara yang patut dikembangkan dan dimanfaatkan untuk
kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang, antara lain dalam
hubungannya dengan pembinaan apresiasi sastra. Sastra lisan telah lama berperan
sebagai wahana pemahaman gagasan dan pewarisan tata nilai yang tumbuh dalam
masyarakat.
Sastra lisan dapat dijumpai di beberapa daerah di Indonesia, di antaranya di
Kabupaten Banyuwangi, yang merupakan peninggalan kerajaan Belambangan.
Daerah tersebut terletak di ujung timur Pulau Jawa dan memiliki penduduk asli yang
disebut kelompok etnik Using. Sifat budaya yang dimiliki masyarakat Using terdiri
atas egaliter, terbuka, dan sinkretis (Saputra, 2007:65). Budaya egaliter adalah budaya
yang struktur sosial masyarakatnya didasarkan pada kedudukan dan status interaksi
sosial yang setara. Budaya tersebut tercermin dalam masyarakat Using yaitu
kedudukan dan status antara priyayi, kiai, dan masyarakat umum sama. Budaya
terbuka merupakan mekanisme budaya yang dapat menerima budaya apa pun yang
berasal dari luar, dan sekaligus menunjukkan bahwa budaya tersebut tidak menyukai
kekerasan secara terbuka dalam penyelesaian kekerasan. Budaya tersebut tercermin
dalam masyarakat Using yaitu mereka cenderung memanfaatkan kekuatan
supranatural sebagai model penyelesaian kekerasan. Ciri khas karakteristik budaya
masyarakat Using yang menonjol adalah sinkretis yakni karakteristik budaya yang
dapat menerima dan menyerap budaya masyarakat lain untuk diproduksi kembali
menjadi budaya masyarakat Using. Menurut Saputra (2007:67), dalam budaya
sinkretis masyarakat Using, terdapat dua sinkretisme yang erat dengan penyebaran