Penerapan Model Kompetisi Dua Spesies pada Hama Tanaman Kakao
Abstract
Serangan dua hama berbeda yang menyerang buah pada pohon kakao
merupakan proses kompetisi dari dua spesies yang saling berkompetisi mendapatkan
makanan. Model kompetisi dua spesies yang diperkenalkan oleh Lotka dan Volterra
antara tahun 1920-1930 secara umum dapat menggambarkan persaingan hama dalam
mendapatkan makanan pada pohon kakao. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk
mendapatkan parameter pada model kompetisi dua spesies sehingga dari model
tersebut dapat diperoleh informasi mengenai dinamika kedua spesies yang saling
berkompetisi dalam mendapatkan makanan pada pohon kakao sehingga jumlah dari
kedua spesies tersebut dapat diprediksikan. Pohon kakao yang digunakan dalam tugas
akhir ini adalah pohon kakao milik PTPN X yang berada di daerah Arjasa, Jember.
Tahapan pelaksanaan penelitian ini meliputi, pertama melakukan pengolahan
data sekunder berupa jumlah dari hama helopeltis antonii dan hama kutu putih
beserta jumlah buah yang terserang kedua hama tersebut. Kedua, mensubstitusikan
nilai-nilai yang telah diperoleh dari pengolahan data ke dalam model kompetisi dua
spesies. Ketiga, menganalisis kelakuan dinamik dari model kompetisi dua spesies.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah kelakuan dinamik dari kedua spesies
yang menyerang ketiga pohon yang diamati hampir sama yaitu hama kutu putih
memenangkan proses kompetisi yang terjadi pada pohon kakao ini sedangkan hama
helopeltis antonii mengalami kepunahan. Hama kutu putih mempunyai koefisien
pertumbuhan yang lebih besar dibandingkan dengan hama helopeltis antonii yang
berarti bahwa hama kutu putih akan lebih cepat berkembangbiak dibandingkan
vii
dengan hama helopeltis antonii. Hama kutu putih memberikan pengaruh yang lebih
kecil dibandingkan hama helopeltis antonii terhadap ketersediaan makanan yang ada.
Dari ketiga persamaan Lotka-Volterra yang mewakili untuk masing-masing pohon
semuanya mempunyai 3 titik tetap. Dari ketiga titik tetap tersebut hanya satu titik
yang bersifat stabil. Titik yang bersifat stabil ini merupakan titik nodal sink,
sedangkan dua titik lainnya merupakan nodal source dan saddle point. Titik nodal
sink tersebut mewakili keberadaan hama kutu putih yang mencapai jumlah
maksimumnya dan hama helopeltis antonii yang mengalami kepunahan. Dalam
mencapai jumlah maksimumnya tiap pohon memiliki waktu yang berbeda, namun
secara umum dapat dilihat bahwa hama kutu putih membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan hama helopeltis antonii. Kesimpulannya adalah model kompetisi
dua spesies terdiri atas satu variabel linier dengan koefisien positif yang menyatakan
koefisien pertumbuhan setiap spesies dan dua variabel tak linear yang menyatakan
interaksi antar spesies. Dari model kompetisi dua spesies antara hama kutu putih dan
hama helopeltis antonii pada ketiga pohon kakao yang diamati dapat disimpulkan
bahwa hama kutu putih memenangkan proses kompetisi yang terjadi. Setiap model
kompetisi dua spesies mempunyai 3 titik tetap, namun dari ketiga titik tetap tersebut
hanya satu titik tetap yang bersifat stabil. Titik tetap yang bersifat stabil ini
menyatakan keberadaan hama kutu putih yang mencapai jumlah maksimumnya
sedangkan hama helopeltis antonii mengalami kepunahan.