BANJIR BANDANG DI KODYA SEMARANG TAHUN 1990
Abstract
Banjir merupakan permasalahan penting yang harus diatasi karena banjir
biasanya mendatangkan kerugian pada daerah yang terkena banjir. Kerugian yang
ditimbulkan dapat berupa korban jiwa, kerugian harta benda seperti rumah dan tempat
kerja, juga dampak psikologis pada orang-orang yang tinggal di wilayah yang terkena
banjir. Bencana banjir bukanlah hal baru di Indonesia. Dapat dipastikan setiap tahun
beberapa daerah di Indonesia ada yang terkena banjir. Bahkan terdapat wilayah yang
dapat dipastikan setiap tahunnya selalu dilanda banjir, seperti Jakarta yang juga
memiliki siklus banjir empat tahunan dan juga Semarang, ibu kota Provinsi Jawa
Tengah yang kerap dilanda banjir hampir sepanjang tahun, baik banjir akibat
meluapnya air sungai ketika masuk musim penghujan, juga banjir rob yang
merupakan naiknya permukaan air laut hingga menggenangi wilayah pemukiman dan
industri. Semarang juga dikenal memiliki siklus banjir sepuluh tahunan.
Banjir bandang Kodya Semarang menimbulkan dampak diberbagai kehidupan
masyarakat di Semarang yang meliputi daerah Bongsari, Sampangan, dan lain-lain.
Banjir menyebabkan dampak ekonomi dan dampak sosial. Besarnya dampak yang
ditimbulkan mendorong pemerintah dan masyarakat Semarang maupun dari luar
Kodya Semarang, memberikan respons atas bencana yang diderita para korban
bencana. Respons pemerintah dalam menangani bencana tampak baik pada saat
tanggap darurat maupun pasca bencana. Selain pemerintah, berbagai elemen
masyarakat juga berperan aktif dalam merespons bencana banjir.
Peristiwa banjir menarik para dermawan atau donatur untuk membantu para
korban banjir. Para donatur ini berasal dari berbagai kalangan, misalnya dari kalangan
perusahaan, instansi pendidikan, dan kalangan individu. Para donatur tersebut
menyumbang keperluan kebutuhan sehari-hari, misalnya sembako, perlengkapan
mandi, pakaian pantas pakai, perlengkapan sholat, perlengkapan dapur dan
perlengkapan sekolah.