Show simple item record

dc.contributor.authorYUDHA WIDI WIJALUHUNG
dc.date.accessioned2015-04-14T08:50:29Z
dc.date.available2015-04-14T08:50:29Z
dc.date.issued2015-04-14
dc.identifier.nimNIM100210302052
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/62277
dc.description.abstractPertempuran di tepi Sungai Bogowonto memiliki tiga keunikan. Keunikan yang pertama adalah pasukan Susuhunan Kabanaran menggunakan strategi perang Garuda Ngelayang. Keunikan yang kedua adalah pertempuran terjadi di tepi sungai. Keunikan yang ketiga adalah pertempuran di tepi Sungai Bogowonto dimenangkan oleh pihak pemberontak, yaitu Susuhunan Kabanaran. Permasalahan dalam penelitian ini adalah latar belakang terjadinya pertempuran di Bogowonto, proses pertempuran di Bogowonto, dan dampak pertempuran di Bogowonto bagi Susuhunan Kabanaran di bidang politik. Tujuan dalam penelitian ini adalah memahami latar belakang terjadinya pertempuran di Bogowonto, memahami hal-hal yang terjadi dalam Pertempuran di Bogowonto, dan menganalisa dampak Pertempuran di Bogowonto bagi Susuhunan Kabanaran. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memahami latar belakang terjadinya pertempuran di Bogowonto, untuk memahami hal-hal yang terjadi dalam Pertempuran di Bogowonto, dan untuk menganalisa dampak Pertempuran di Bogowonto bagi Susuhunan Kabanaran. Manfaat dalam penelitian ini adalah : vii Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang langkah-langkahnya adalah Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Penulis menggunakan pendekatan sosiologi politik dan menggunakan teori konflik dalam penelitian ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah latar belakang terjadinya pertempuran di tepi Sungai Bogowonto yang di awali dengan Perjanjian Ponorogo tahun 1743, pengingkaran janji Susuhunan Paku Buwono II terkait dengan pemberian tanah lungguh terhadap Susuhunan Kabanaran, dan penyerangan Benteng Kompeni di Ungaran. Proses pertempuran di tepi Sungai Bogowonto berlangsung satu hari penuh. Pasukan Kerajaan Mataram dan Kompeni yang dipimpin Mayor De Clerq terdesak ke arah tepian Sungai Bogowonto. Pertempuran Bogowonto berakhir setelah Mayor De Clerq tewas. Dampak pertempuran di tepi Sungai Bogowonto terhadap Susuhunan Kabanaran di bidang politik adalah bertambahtingginya rasa percaya diri Susuhunan Kabanaran terhadap kekuatan pasukannya, berpisahnya Susuhunan Kabanaran dengan Raden Mas Said, dan terjadinya Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Saran dalam penelitian ini pertama, bagi peneliti selanjutnya diharapkan skripsi ini dapat dipergunakan sebagai referensi jika ingin meneliti tentang sejarah Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono I, Sultan Paku Buwono II, Sultan Paku Buwono III, maupun Raden Mas Said atau Mangkunegara I. Kedua, bagi mahasiswa program studi pendidikan sejarah diharapkan skripsi ini dapat dipergunakan sebagai referensi kuliah maupun bahan bacaan. Ketiga, bagi pembaca diharapkan nilai-nilai perjuangan Susuhunan Kabanaran dan Raden Mas Said dapat diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, bagi pendidikan sejarah diharapkan skripsi ini dapat dijadikan tambahan referensi terkait dengan mata kuliah sejarah nasional Indonesia yang terkait dengan Susuhunan Kabanaran atau Sultan Hamengku Buwono I dan Yogyakarta. Kelima, bagi almamater Universitas Jember diharapkan skripsi ini dapat melengkapi salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu Dharma Penelitian.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries100210302052;
dc.subjectPENGARUH PERTEMPURAN DI BOGOWONTOen_US
dc.titlePENGARUH PERTEMPURAN DI BOGOWONTO (en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record