dc.description.abstract | Stres merupakan suatu fenomena yang dapat mengenai semua organisme dan
dapat mengganggu kondisi fisik serta kesehatan mental. Menurut Selye (1982), stres
yang bersifat patologis disebut dengan distress. Efek distress akan menyebabkan
kerusakan sel-sel atau bisa juga menyebabkan apoptosis (kematian sel), salah satunya
sel osteoblas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh perbedaan lama
waktu distress kronis terhadap perubahan jumlah osteoblas pada tulang alveolar tikus
Sprague dawley. Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus Sprague dawley yang
dibagi menjadi empat kelompok yang terdiri dari Stres Fisik hari ke 0 (SPF 0), Stres
Fisik 7 hari (SPF 1), Stres Fisik 14 hari (SPF 2) dan Stres Fisik 28 hari (SPF 4), yang
diberi perlakuan berupa stresor rasa nyeri renjatan listrik dengan mengalirkan arus
listrik 2-8 mA, tegangan 48V dan frekuensi 0,5 Hz selama 30 menit setiap hari.
Renjatan listrik diberikan untuk menginduksi terjadinya distress kronis. Tikus
dikorbankan pada hari ke 0, 7, 14, dan 28. Pengorbanan dilakukan menggunakan
kloroform secara inhalasi. Rahang bawah tikus diambil dengan cara pembedahan,
kemudian jaringan dilakukan prosesing histologi. Tahap pemrosesan jaringan dimulai
dari tahap fiksasi menggunakan buffer formalin 10%, kemudian tahap dekalsifikasi
menggunakan Ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA), kemudian dilakukan
dehidrasi menggunakan alkohol bertingkat, clearing menggunakan xylol,
impregnansi, embedding, selanjutnya pemotongan jaringan. Preparat dicat
menggunakan Hematoxilin Eosin (HE). Perubahan jumlah osteoblas dianalisis di
bawah mikroskop dengan perbesaran 400x.
Hasil uji normalitas data menggunakan Shapiro-Wilk menunjukkan p>0,05
yang berarti distribusi data normal. Hasil uji homogenitas data menggunakan Levene
vii
Test menunjukkan p= 0,181 (p>0,05) yang berarti data homogen. Hasil uji One Way
ANOVA menunjukkan α=0,049 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan signifikan
antar kelompok. Hasil uji Least Significance Different (LSD) Test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan hari ke 0 (SPF
0) dengan perlakuan hari ke 28 (SPF 4). Secara statistik tampak jumlah sel osteoblas
terbanyak pada kelompok perlakuan hari ke 0 dan jumlah osteoblas paling sedikit
terdapat pada kelompok perlakuan 28 hari. Pada kelompok perlakuan 7 hari jumlah
osteoblas mengalami penurunan dibandingkan dengan kelompok perlakuan hari ke 0
namun tidak signifikan. Pada kelompok perlakuan 14 hari jumlah osteoblas
mengalami peningkatan dibandingkan dengan kelompok perlakuan 7 hari, namun
peningkatan ini juga tidak signifikan.
Penurunan jumlah osteoblas pada hari ke 7 dibandingkan dengan hari ke 0
diduga karena distress kronis yang terjadi mengakibatkan terjadinya peningkatan
hormon kortisol. Peningkatan hormon kortisol akan menyebabkan apoptosis
osteoblas. Pada hari ke 14 terjadi peningkatan jumlah osteoblas, diduga sekresi
kortisol menurun karena adanya feedback negative sehingga proses apoptosis tidak
berlanjut. Pada hari ke 28 terjadi penurunan jumlah osteoblas yang signifikan
(p<0,05) dibanding hari ke 0. Hal ini diduga paparan distress kronis selama 28 hari
menyebabkan sekresi hormon kortisol meningkat secara signifikan sehingga terjadi
proses apoptosis dan mengurangi jumlah osteoblas secara signifikan (p<0,05).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa perbedaan
lama waktu distress kronis mempengaruhi penurunan jumlah osteoblas pada tulang
alveolar tikus Sprague dawley. Jumlah osteoblas yang paling tinggi terjadi pada hari
ke 0, sedangkan jumlah osteoblas yang paling rendah terjadi pada hari ke 28. | en_US |