ENCANDRAAN SIFAT AGRONOMI DELAPAN GENOTIPE KEDELAI TAHAN DAN AGAK TAHAN PATOGEN KARAT DAUN
Abstract
Pencandraan Sifat Agronomi Delapan Genotipe Kedelai Tahan dan Agak
Tahan Patogen Karat Daun; Siti Aisyah, 081510501144; 2014: 21 halaman;
Progam Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Penyakit karat daun kedelai, Phakopsora pachyrizi dengan kerugian yang
ditimbulkan pada pertanaman kedelai dapat mencapai sampai 90 persen, sampai
saat ini masih merupakan penyakit utama penyebab rendahnya produksi kedelai di
Indonesia. Penggunaan varietas unggul yang memiliki keunggulan dalam produksi
dan
ketahanan
terhadap
penyakit
karat
daun
kedelai
merupakan
salah
satu
upaya
untuk
mengatasi
penurunan
produksi
kedelai
akibat
penyakit.
Varietas
atau
genotipe
kedelai unggul yang telah dihasilkan,yang memiliki ketahanan karat daun
kedelai jumlahnya masih terbatas sehingga masih diperlukan genotipe baru yang
tahan terhadap karat daun kedelai. Deteksi awal untuk mengetahui respon ketahanan
suatu
genotipe
terhadap infeksi penyakit khususnya karat daun kedelai yaitu
dengan menilai sifat agronomis tanaman yang dapat berperan sebagai mekanisme
ketahanan mekanik pada tanaman.
Penelitian pencandraan sifat agronomis genotipe kedelai untuk membuktikan
sifat ketahanan dengan mekanisme ketahanan mekanis terhadap karat daun
telah dilakukan terhadap delapan genotipe kedelai terdiri atas empat varietas unggul
nasional
(Rajabasa,
Dering,
Slamet,
dan
Mutiara)
dan
empat
galur
harapan
Jember
(GHJ-2,
GHJ-3,
GHJ-6,
dan
NSP)
yang
masing-masing
telah
dilaporkan
tahan
dan
agak
tahan
karat daun kedelai. Penelitian merupakan percobaan pot/polibag dengan
jumlah tanaman dua tanaman/polibag dalam paranet di lapangan, dan percobaan
disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) terdiri atas delapan perlakuan dan
empat ulangan. Uji beda nyata antar perlakuan dianalisis menggunakan uji scott-knott taraf
0.05.
Pencandraan sifat agronimis (warna daun, trikoma, dan stomata) terhadap delapan
genotipe kedelai yang diuji bervariasi antar genotipe dalam hal warna daun, kerapatan trikoma,
kerapatan stomata, dan ukuran lubang stomata. Apabila dikaitkan dengan sifat
7
ketahanan genotipe terhadap penyakit karat daun kedelai, ternyata tidak semua komponen
agronomis tanaman ada hubungannya dengan sifat ketahanan yang dimiliki suatu genotipe.
Komponen agronomis yang tampak ada hubungannya dengan ketahanan genotipe ialah
stomata (kerapatan dan ukuran lubang stomata), sedangkan warna daun kurang jelas menunjukkan
hubungan tersebut. Oleh karena itu diantara komponen sifat agronomis yang
diuji hanya stomata yang dapat digunakan sebagai indikator untuk melakukan deteksi awal
ketahanan suatu genotipe terhadap karat daun kedelai.
Ditinjau dari segi keparahan penyakit dan penurunan hasil berat biji per tanaman
pada lokasi penelitian, ternyata ada perubahan derajat ketahanan dari delapan genotipe yang
diuji yaitu Rajabasa, Slamet, Dering dan Mutiara (semula dilaporkan tahan) menjadi agak
tahan, sedangkan GHJ-2, GHJ-3, GHJ-6, dan NSP status ketahanannya tetap seperti
semula. Genotipe kedelai agak tahan menunjukkan kerapatan stomata berkisar antara rapat
sampai sangat rapat dengan ukuran lubang stomata kecil sampai besar.
Mengacu pada derajat ketahanan genotipe, dari delapan genotipe yang diuji dapat
dikemukakan bahwa dilihat dari segi karakteristik stomata, genotipe NSP, Slamet, Dering,
Mutiara dan GHJ-6 dapat dikatakan memiliki respon ketahanan terhadap karat daun kedelai
yang lebih baik dibandingkan dengan Rajabasa, GHJ-2 dan GHJ-3.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]