dc.description.abstract | Pengaruh Maternal 5 Tetua Dan 12 Hasil Silangan Kedelai Terhadap
Serangan Ulat Grayak Spodoptera litura (Fab.); Agus Hasan Ashari,
101510501037; 2014; 41 halaman; Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Hama ulat grayak menjadi salah satu hama utama pada tanaman kedelai.
Rendahnya produksi kedelai nasional salah satunya disebabkan oleh serangan ulat
grayak yang mengakibatkan kehilangan hasil 40% bahkan puso bila tidak segera
ditangani. Tingginya aplikasi pestisida kimia yang dilakukan petani menyebabkan
masalah baru yaitu munculnya individu yang tahan terhadap aplikasi pestisida
tertentu. Salah satu alternatif yang ditawarkan ialah penggunaan varietas tahan.
Varietas tahan dinilai mampu menjadi alternatif pengendalian hama dan sesuai
dengan prinsip PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang gencar dilakukan saat
ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pewarisan sifat ketahanan
dari tetua betina atau tetua jantan terhadap keturunan hasil persilangannya dan
perbedaan tingkat ketahanan dari 5 tetua dan 12 hasil persilangan genotipe kedelai
terhadap serangan ulat grayak. Metode yang dilakukan pada penelitian ini ialah
metode uji inang tanpa pilihan (no choice test), pada metode ini ulat grayak
dipaksa untuk memakan tanaman inang yang tersedia tanpa ada pilihan lain,
dengan uji inang tanpa pilihan ini dapat diketahui respon mekanisme ketahanan
tanaman pada seberapa besar nilai serangan yang ditimbulkan oleh ulat grayak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 5 tetua dan 12 hasil per-
silangannya yang memiliki tingkat ketahanan paling tinggi dengan meng-
gunakan metode uji inang tanpa pilihan adalah genotipe IAC 100 dan W/80-2-420
untuk
tetuanya
dengan
tingkat
kerusakan
rata-rata
berturut-turut
(42,92%)
dan
(53,50%)
dari 2 kali pengamatanya itu pada 60 Hsi dan 67 Hsi sedangkan untuk
12 hasil persilangannya ialah genotipe (GHJ-6 x W/80-2-4-20) dan (GHJ-6 x IAC
100 dengan tingkat kerusakan rata-rata berturut-turut (48,72%) dan (33,52%).
vi
Untuk genotipe tetua yang memiliki tingkat ketahanan paling rendah adalah
genotipe IAC 80 dengan intensitas kerusakan (63,81%) sedangkan untuk 12 hasil
persilangannya ialah genotipe (W/80-2-4-20 x GHJ-6) dengan tingkat kerusakan
sebesar (62,25%). Tingginya tingkat ketahanan juga diikuti dengan tingginya
jumlah biji dan jumlah biji bernas dengan rata-rata (87,3) dan (58,83) pada
genotipe IAC 100 serta (256,3) dan (64,83) pada genotipe W/80-2-4-20. Genotipe
GHJ-7 merupakan genotipe tetua yang memiliki hasil paling tinggi dengan bobot
100 biji rata-rata (13,5 g) sedangkan untuk 12 hasil persilangannya ialah genotipe
(GHJ-7 x IAC 100) dengan bobot 100 biji rata-rata (15,2 g). | en_US |