IDENTIFIKASI TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN DAN MENGAJUKAN MASALAH MATEMATIKA TERBUKA PADA MATERI BILANGAN KELAS VII SMP NEGERI 10 JEMBER
Abstract
Identifikasi Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Memecahkan dan
Mengajukan Masalah Matematika Terbuka pada Materi Bilangan Kelas VII
SMP Negeri 10 Jember; Fitriani, 100210101037; 2014, 99 halaman; Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
Setiap individu dilahirkan dengan tingkat kecerdasan berbeda-beda. Seperti
halnya kecerdasan, kreativitas seseorang juga memiliki tingkatan yang berbeda-beda.
Derajat kreativitas atau tingkat kemampuan berpikir kreatif seseorang tersebut
dimulai dari derajat terendah sampai tertinggi. Kemampuan berpikir kreatif tersebut
adalah kefasihan (fluency), kebaruan, dan fleksibility. Kemampuan berpikir kreatif
tersebut dapat diukur dengan problem solving dan problem possing. Kedua metode
tersebut menggunakan masalah terbuka (open ended problem). Masalah terbuka
(open ended problem) merupakan masalah yang memungkinkan siswa untuk dapat
menemukan multi jawaban dan bermacam-macam metode penyelesaian.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya
tingkat berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Negeri 10 Jember dalam memecahkan
dan mengajukan masalah matematika terbuka pada materi bilangan. Dengan
mengetahui tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa, dapat diketahui apakah
pembelajaran yang telah diterapkan selama ini telah memberikan sumbangsih
terhadap pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa atau belum.
Dengan cara proportionate stratified random sampling diperoleh sampel
penelitian ini sebanyak 43 siswa. Sampel tersebut diambil dari kelas VIIA sebanyak 6
siswa, kelas VIIB sebanyak 5 siswa, kelas VIIC sebanyak 5 siswa, kelas VIID
sebanyak 6 siswa, kelas VIIE sebanyak 6 siswa, kelas VIIF sebanyak 5 siswa, kelas
VIIG sebanyak 5 siswa, dan, kelas VIIH sebanyak 5 siswa berdasarkan kemampuan
viii
matematika tinggi, sedang, atau rendah. Pemilihan sampel tiap kelas dilakukan
dengan menerima rekomendasi guru, dipilih langsung, dan menerima siswa yang
mendaftar secara suka rela. Hal ini dikarenakan pemilihan sampel dengan cara
manual (undian) tidak mungkin dilakukan karena pihak sekolah tidak mengijinkan
peneliti melakukan kegiatan tersebut yang dikhawatirkan dapat mengganggu kegiatan
belajar mengajar. Sedangkan subjek yang diwawancarai berjumlah 11 orang siswa
dengan rincian 4 siswa dari TBK 3, 5 siswa dari TBK 1, dan 2 siswa dari TBK 0.
Validasi data dilakukan dengan triangulasi metode dengan membandingkan data yang
didapatkan dari metode tes dan data yang didapatkan dari metode wawancara.
Analisis data dilakukan melalui pengidentifikasian hasil tes untuk pemecahan dan
pengajuan masalah serta melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan untuk hasil wawancara. Pada penelitian ini tingkat berpikir kreatif yang
dipakai adalah tingkat berpikir kreatif menurut Siswono (2005).
Data dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh hasil tentang Tingkat
Berpikir Kreatif (TBK) siswa kelas VII SMP Negeri 10 Jember. Dari 5 Tingkat
Berpikir Kreatif (TBK) yang ada, hanya 3 tingkat yang ditemukan yaitu 4 siswa TBK
3 (kreatif), 6 siswa TBK 1 (kurang kreatif) dan 25 siswa TBK 0 (tidak kreatif).
Persentase dari ketiga tingkat tersebut berturut-turut adalah 9,30%; 13,95%; dan
76,74%.
Kreativitas siswa kelas VII SMP Negeri 10 Jember untuk TBK 3, TBK 1, dan
TBK 0 dalam memecahkan dan mengajukan masalah matematika terbuka tentang
bagaimana mencari berat keseluruhan ikan jika diketahui bagian kepala bobotnya
sama dengan 4 bagian ekor, bagian badan bobotnya sama dengan 1 bagian kepala dan
1 bagian ekor, kreativitas siswa dalam menjawab masalah tersebut diantaranya siswa
cenderung menggunakan konsep persamaan linear satu variabel, siswa memilih untuk
menggunakan bilangan bulat positif, dan siswa cenderung menggunakan pemisalan 2
kg untuk memisalkan berat ekor. Selain itu, siswa juga banyak menggunakan cara
penyelesaian yang tidak relevan.