dc.description.abstract | Masyarakat Indonesia secara sosiolinguistik menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan
bahasa daerah. Penggunaan dua bahasa atau lebih tersebut dapat menimbulkan terjadinya kontak bahasa.
Melalui kontak bahasa tersebut dapat menimbulkan terjadinya peristiwa-peristiwa kebahasaan seperti campur
kode. Dialog antara penyiar dan pendengar acara Balada Dangdut di Stasiun Radio Soka Adiswara Jember
merupakan salah satu fenomena campur kode yang sering dijumpai pada peristiwa tutur informal. Tujuan.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk campur kode, agen pengontak bahasa serta faktor-faktor yang
melatarbelakangi terjadinya campur kode. Metode. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kualitatif
(Bogdan dan Taylor dalam Moelong, 2012:3). Data penelitian ini adalah kata, frase, klausa, baster, ungkapan
atau idiom yang termasuk bentuk campur kode pada dialog penyiar dan pendengar acara BD. Hasil. Bentuk
campur kode pada dialog antara penyiar dan pendengar acara BD meliputi campur kode berbentuk kata (terdiri
dari kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan kata majemuk), frasa, klausa, baster, dan ungkapan atau idiom.
Agen pengontak bahasa yang mendorong terjadinya campur kode didominasi oleh pendengar. Faktor yang
melatarbelakangi terjadinya campur kode meliputi: faktor keakraban, permintaan, kebanggaan terhadap daerah,
penghormatan. Kesimpulan. Bentuk campur kode yang paling banyak digunakan pada dialog antara penyiar
dan pendengar acara BD adalah campur kode berbentuk kata. Penggunaan campur kode tersebut didominasi
oleh pendengar. hal ini dilatarbelakangi oleh pendengar acara BD didominasi wilayah Jember selatan. | en_US |