Show simple item record

dc.contributor.authorTandra Bhakti A.P
dc.date.accessioned2015-03-03T10:42:50Z
dc.date.available2015-03-03T10:42:50Z
dc.date.issued2015-03-03
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/61536
dc.description.abstractSolidaritas Sosial Antar Pengemis di Kota Probolinggo; Tandra Bhakti A.P, 090910302056; 2014:88 halaman; Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang solidaritas sosial antar pengemis di kelurahan jati Kota Probolinggo. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan teori fenemonologi Edmund Husserl. Teori fenemonologi dipilih karena peneliti berusaha untuk memahami dan mendalami kehidupan dan solidaritas pengemis yang timbul dalam suatu jaringan sosial antar sesama pengemis di Kota Probolinggo. Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Jati Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Dalam penentuan informan digunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria antara lain informan kunci serta informan yang bersedia untuk diwawancarai oleh peneliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi, dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan dengan metode triangulasi. Proses selanjutnya adalah melakukan analisis data meliputi pengumpulan data serta pengelolaan data. Setelah itu data kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Sebagian besar gelandangan dan pengemis di kawasan sekitaran masjid jamik, pertokoan dan alun-alun Kota Probolinggo. Di situlah mereka mencari rezeki untuk mengemis agar bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Masyarakat menolak karena menganggap keberadaan pengemis tersebut melanggar norma agama, mengganggu ketertiban umum dan harusnya ditertibkan. Bentuk solidaritas yang menyebabkan solidaritas sangat erat, karena seringnya para pengemis berkumpul menyebabkan rasa kesetiakawanan yang erat. Mereka cenderung memiliki ciri solidaritas sosial yang solid, Sebagai contoh, bila ada pengemis sakit mereka akan bergotong royong mencari bantuan dengan pengemis lainnya untuk membantu mengobati atau merujuk ke petugas kesehatan. vii Bila ada seorang anak jalanan yang tertangkap, karena terdesak dengan biaya yang tidak cukup untuk mengeluarkannya, mereka akan minta bantuan aparat penertiban untuk merazia mereka semua bersama-sama, kalau ada teman pengemis lain tidak punya uang untuk pulang pasti ada diantara pengemis lainnya untuk memberi uang untuk ongkos pulang. Meskipun mereka merupakan individu yang sulit diatur karena pengaruh lingkungan dan kebiasaan hidup di jalan tanpa ada aturan yang mengekang, rasa kebersamaan dan tenggang rasa di antara mereka masih tetap ada. Pengemis tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang. Tetapi mereka masih tetap memiliki rasa jiwa sosial yang tinggi antar sesama pengemis Pemerintah seharusnya memperhatikan pengemis tidak hanya dengan memberikan jalan keluar, karena bagaimanapun mereka sama dengan yang lain, berhak mendapat pendidikan dan perhatian. Jika mereka diberikan kesempatan untuk mendapat pekerjaan lebih baik tentunya mereka dapat mengurangi permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries0909010302075;
dc.subjectSOLIDARITAS SOSIAL ANTAR PENGEMIS DI KOTA PROBOLINGGOen_US
dc.titleSOLIDARITAS SOSIAL ANTAR PENGEMIS DI KOTA PROBOLINGGOen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record