SOLIDARITAS SOSIAL ANTAR PENGEMIS DI KOTA PROBOLINGGO
Abstract
Solidaritas Sosial Antar Pengemis di Kota Probolinggo; Tandra Bhakti A.P,
090910302056; 2014:88 halaman; Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang solidaritas
sosial antar pengemis di kelurahan jati Kota Probolinggo. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian kualitatif dengan teori fenemonologi Edmund
Husserl. Teori fenemonologi dipilih karena peneliti berusaha untuk memahami
dan mendalami kehidupan dan solidaritas pengemis yang timbul dalam suatu
jaringan sosial antar sesama pengemis di Kota Probolinggo. Lokasi penelitian
dilakukan di Kelurahan Jati Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo. Dalam
penentuan informan digunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria antara
lain informan kunci serta informan yang bersedia untuk diwawancarai oleh
peneliti. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, studi, dan dokumentasi. Uji keabsahan data dilakukan
dengan metode triangulasi. Proses selanjutnya adalah melakukan analisis data
meliputi pengumpulan data serta pengelolaan data. Setelah itu data kemudian
dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Sebagian besar gelandangan
dan pengemis di kawasan sekitaran masjid jamik, pertokoan dan alun-alun Kota
Probolinggo. Di situlah mereka mencari rezeki untuk mengemis agar bisa
memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Masyarakat menolak karena
menganggap keberadaan pengemis tersebut melanggar norma agama,
mengganggu ketertiban umum dan harusnya ditertibkan.
Bentuk solidaritas yang menyebabkan solidaritas sangat erat, karena
seringnya para pengemis berkumpul menyebabkan rasa kesetiakawanan yang erat.
Mereka cenderung memiliki ciri solidaritas sosial yang solid, Sebagai contoh, bila
ada pengemis sakit mereka akan bergotong royong mencari bantuan dengan
pengemis lainnya untuk membantu mengobati atau merujuk ke petugas kesehatan.
vii
Bila ada seorang anak jalanan yang tertangkap, karena terdesak dengan biaya
yang tidak cukup untuk mengeluarkannya, mereka akan minta bantuan aparat
penertiban untuk merazia mereka semua bersama-sama, kalau ada teman
pengemis lain tidak punya uang untuk pulang pasti ada diantara pengemis lainnya
untuk memberi uang untuk ongkos pulang. Meskipun mereka merupakan individu
yang sulit diatur karena pengaruh lingkungan dan kebiasaan hidup di jalan tanpa
ada aturan yang mengekang, rasa kebersamaan dan tenggang rasa di antara
mereka masih tetap ada. Pengemis tumbuh dan berkembang dengan latar
kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya
kasih sayang. Tetapi mereka masih tetap memiliki rasa jiwa sosial yang tinggi
antar sesama pengemis
Pemerintah seharusnya memperhatikan pengemis tidak hanya dengan
memberikan jalan keluar, karena bagaimanapun mereka sama dengan yang lain,
berhak mendapat pendidikan dan perhatian. Jika mereka diberikan kesempatan
untuk mendapat pekerjaan lebih baik tentunya mereka dapat mengurangi
permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.