dc.description.abstract | Membaca nyaring adalah kemampuan mengubah lambang-lambang tertulis
menjadi bunyi-bunyi atau suara yang bermakna dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Tujuan membaca di SD adalah supaya siswa dapat membaca lancar sesuai dengan
lafal dan intonasi yang tepat. Dengan membaca siswa mengerti tentang ilmu
pengetahuan. Pada dasarnya yang harus dikuasai oleh siswa kelas II SD dalam
pembelajaran membaca nyaring adalah penggunaan lafal, intonasi, dan jeda pendek
dan panjang. Hal ini metode yang digunakan guru kurang tepat. Pada saat guru
mengajarkan membaca nyaring, guru hanya mendengarkan siswa membaca tanpa
memperhatikan kesalahan dalam bacaan. Hal ini sesuai kompetensi dasar yang harus
dicapai oleh siswa sesuai dengan kurikulum KTSP. Kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran membaca nyaring belum berhasil dengan baik.
Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan pada saat siswa diberi tugas
membaca bacaan dengan nyaring. Banyak siswa yang mengalami kesalahan dalam
hal lafal dan intonasi, sehingga suara yang diucapkan menjadi tidak jelas, kesalahan
lain terdapat pada penempatan jeda pendek dan panjang dalam membaca,
kesalahannya pada suara yang diucapkan tidak jelas, sehingga tidak terdengar oleh
semua siswa. Selain itu siswa juga belum bisa menguasai tanda baca yang terdapat
pada kalimat. Hal ini disebabkan karena teknik yang digunakan guru kurang tepat.
Pada saat guru mengajarkan membaca nyaring, guru hanya mendengarkan siswa
membaca tanpa memperhatikan kesalahan dalam bacaan. Berdasarkan permasalahan
tersebut, pembelajaran membaca pada siswa kelas II SDN Wonosari 01 Kecamatan
Puger Kabupaten Jember perlu diperbaiki dengan memilih teknik yang sesuai dan
dapat menarik minat siswa. Salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan untuk
mendisiplinkan siswa pada membaca nyaring, yaitu dengan teknik pemodelan.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah proses
pelaksanaan membaca nyaring dengan teknik pemodelan yang dapat meningkatkan
kemampuan membaca nyaring siswa kelas II di SD Negeri Wonosari 01 Puger –
Jember ?, (2) Bagaimanakah hasil belajar siswa dalam kemampuan membaca nyaring
melalui teknik pemodelan siswa kelas II di SD Negeri Wonosari 01 Puger-Jember?.
Berdasarkan rumusan yang telah ditetapkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah: (1) untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca nyaring melalui
teknik pemodelan pada siswa kelas II di SD Negeri 01 Wonosari Puger-Jember, (2)
ix
untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam membaca nyaring
melalui teknik pemodelan siswa kelas II di SD Negeri Wonosari 01 Puger-Jember.
Penelitian ini dilakukan untuk peningkatan kemampuan membaca nyaring
siswa. Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas II SDN Wonosari
01 Kecamatan Puger Kabupaten Jember, subjek penelitian adalah siswa kelas II tahun
pelajaran 2010/2011 dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan
6 siswa perempuan. Rancangan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, teknik tes, teknik wawancara, dan teknik dokumentasi. Data yang
dikumpulkan berupa hasil nilai kemampuan membaca siswa dan tingkat aktivitas
siswa melalui lembar observasi yang telah ada.
Berdasarkan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia Kelas II SDN
Wonosari 01 Kecamatan Puger Kabupaten Jember, sebelum dilaksanakan teknik
pemodelan banyak siswa yang mengalami kesalahan dalam hal lafal dan intonasi,
sehingga suara yang diucapkan menjadi tidak jelas, kesalahan lain terdapat pada
penempatan jeda pendek dan panjang dalam membaca, kesalahannya pada suara yang
diucapkan tidak jelas, sehingga tidak terdengar oleh semua siswa. Selain itu siswa
juga belum bisa menguasai tanda baca yang terdapat pada kalimat sehingga
persentase tes kemampuan membaca nyaring mencapai ketuntasan 45% dengan ratarata
hasil belajar sebesar 59. Terkait hal tersebut, maka diterapkannya teknik
pemodelan untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa kelas II
sehingga pada siklus I persentase ketuntasan mencapai 60% dengan rata-rata hasil
belajar sebesar 63,25. Akan tetapi hasil tersebut belum tuntas sehingga diadakan
siklus II. Pada siklus II meningkat dengan persentase ketuntasan 90% dengan ratarata
hasil belajar sebesar 75,50. Peningkatan persentase ketuntasan hasil belajar dari
siklus I ke siklus II sebesar 30% sedangkan rata-rata hasil belajar sebesar 12,25.
Beberapa saran berkaitan dengan penggunaan teknik pemodelan dalam proses
belajar mengajar, sebaiknya guru terus berupaya mencari alternatif terbaik bagi
siswanya dalam menyampaikan pelajaran, siswa hendaknya lebih bersemangat dan
aktif dalam mencari informasi, serta menjadi masukan bagi penelitian sejenis dengan
pokok bahasan yang lebih luas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan
teknik pemodelan untuk meningkatkan kemampuan membaca nyaring siswa
dimaksudkan dapat membantu siswa lebih memahami penggunaan lafal, intonasi, dan
jeda pendek dan panjang. | en_US |