IMPLEMENTASI PROGRAM DESA SIAGA (Studi Deskriptif di Desa Rejoagung Kecamatan Semboro Kabupaten Jember)
Abstract
Implementasi Program Desa Siaga (Studi Deskriptif di Desa Rejoagung
Kecamatan Semboro Kabupaten Jember); Lusia Kristiana Indrayanti,
100910301033, 2014; 218 halaman; Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember.
Salah satu masalah pembangunan kesehatan adalah persebaran sarana dan
tenaga kesehatan di Indonesia yang tidak merata. Program Desa Siaga merupakan
program nasional sebagai alternatif pendekatan sarana dan tenaga kesehatan bagi
masyarakat melalui Usaha Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Poskesdes. Program yang diberlakukan bagi setiap desa di Indonesia ini,
diterapkan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, memberi ruang bagi
masyarakat dan ormas untuk berpartisipasi aktif dalam usaha kesejahteraan sosial
bidang kesehatan. Keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan program Desa Siaga
di suatu desa dapat menjadi pembelajaran bagi keberhasilan pelaksanaan program
Desa Siaga di desa lain.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi program Desa Siaga
di Desa Rejoagung, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penentuan informan
menggunakan teknik purposif, accidental, dan snowball sampling. Pengumpulan
data melalui wawancara, observasi partisipatif, dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan konsep implementasi program dan pemberdayaan masyarakat.
Teknik keabsahan data menggunakan triangulasi, member cheking, observasi
berulang dan klarifikasi bias peneliti.
Hasil penelitian menunjukkan: keberhasilan implementasi program Desa
Siaga di Desa Rejoagung dinyatakan dengan kategori Desa Siaga Aktif level Purnama
menuju level mandiri. Pelaksanaan program Desa Siaga telah mendorong
terciptanya kondisi masyarakat Desa Rejoagung yang mau, mampu mencegah dan
menanggulangi masalah kesehatan di desanya. Program dilaksanakan dengan
pendekatan pemberdayaan melalui proses persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi, serta memanfaatkan segala potensi sumber daya yang ada melalui UKBM-
vii
UKBM. Tahap Persiapan telah terlaksana tahun 2007 dan berjalan dengan baik
meliputi kegiatan: persiapan tim petugas kesehatan; sosialisasi program Desa
Siaga di Desa Rejoagung; Survei Mawas Diri (SMD); Musyawarah Masyarakat
Desa (MMD); dan pembentukan kelompok kerja Desa Siaga;.
Tahap penyelenggaraan/pelaksanaan program menunjukkan: (1) Masyarakat
memperoleh kemudahan terhadap akses pelayanan kesehatan dasar melalui
aktivitas Poskesdes dan UKBM lain. (2) Bentuk partisipasi masyarakat; sedikitnya
terdapat 100 warga desa Rejoagung yang terlibat dalam pelaksanaan program
Desa Siaga Rejoagung, sebagai; petugas kesehatan sekaligus tim pembina
Poskesdes tingkat desa, Bagas (pembantu petugas) atau Kader Pemberdaya
Masyarakat (KPM), Kader atau pengurus di UKBM-UKBM, maupun pengurus
dalam lembaga kemasyarakatan (termasuk sebagai pengurus Forum Masyarakat
Desa (FMD)). (3) Partisipasi masyarakat bertipe partisipasi fungsional menuju
partisipasi interaktif. (4) Tingkat partisipasi masyarakat telah mampu sampai
tingkat ke-5 yakni memberikan dukungan (materiel dan non materiel).
(5) Terdapat lima pihak pendukung dana untuk kegiatan kesehatan.
Tahap pemantauan dan evaluasi dilakukan oleh: FMD (masyarakat), Tim
Lomba Desa Kabupaten Jember, Dinkes, serta SMD oleh mahasiswa Akbid dr.
Subandi Jember sebagai pihak lain secara independen. Hasil pemantauan dan
evaluasi tersebut menunjukkan kesamaan dengan temuan peneliti bahwa, Desa
Siaga Aktif Rejoagung mencapai level purnama menuju level mandiri.
Implementasi program dipengaruhi oleh kecenderungan (disposisi) atau
sikap para pelaksana, yakni: masyarakat dan pihak pemberi layanan kesehatan
telah terbiasa terorganisir, siap terlibat, memiliki semangat pelayanan dan
administrasi yang rapi. Demi pengembangan pelaksanaan program, pihak
kesehatan mengharapkan koordinasi antara pihak pemerintah dan gereja (sebagai
ormas yang berpengaruh di Desa Rejoagung) lebih ditingkatkan. Harapan tersebut
dirasakan pula oleh pihak pemerintah, sementara pihak gereja terbuka dan siap
untuk bekerjasama. Disposisi-disposisi demikian menguatkan temuan sebelumnya
bahwa, untuk peningkatan status Desa Siaga Aktif Rejoagung dari level purnama
ke level mandiri, dibutuhkan peningkatan komunikasi dan koordinasi antar pihak
pelaksana program.