dc.description.abstract | Nikotin adalah komponen kimia terbanyak dalam asap rokok yang bersifat
teratogen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh nikotin selama
organogenesis terhadap organ genetalia jantan pralahir mencit albino (Mus musculus)
Swiss Webster dan untuk mengetahui umur kebuntingan yang paling sensitifterhadap
pemberian nikotin, dengan mengambil batasan pada pengamatan kondisi set
spermatogenik dalam tubulus seminiferus testis fetus dan jurnlah fetus sebagai data
penunjang. Penelitian ini dilaksanakan di laboratoriwn biologi FMIPA dan FKIP
Universitas Jember selama bulan Desember 1999 sampai bulan April 2000.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL. Kondisi sel spennatogenik
dianalisis secara diskriptif kualitatif berdasar pengamatan mikcroskopis dan data
berupa jumlah fetus diuji dengan uji F Anava satu jalur dilanjutkan dengan uji LSD.
Nikotin dilarutkan dalarn akuabidest steril, diberikan dengan dosis tunggal pada umur
kebuntingan 7, 9, dan II hari secara intraperitonial. Nikotin yang diberikan sebanyak
0,1 ml tiap 10 g bb dengan dosis 6, 12, dan 18 mg/kg bb. Mencit kontrol hanya
diperlakukan dengan akuabidestilata steril. Mencit dibunuh dan dibedah pada umur
kebuntingan 18 hari, kemudian dilakukan penghitungan jumlah fetus. Untuk
mengetahui dengan pasti jenis kelamin dilakukan pembedahan fetus. Fetus jantan
yang didapat diambil testisnya untuk dibuat sayatan histologis. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa, nikotin dosis 18 mg/kg bb pada umur kebuntingan 7 dan 9 bari
berpengaruh nyata terhadap penurunan jumlah rata-rata fetus. Sayatan histologis
testis fetus yang induknya mendapat perlakuan dosis 12 mg/kg bb pada umur
kebuntingan 9 hari menunjukkan atropi sel spermatogenetik seragam dan pada umur
kebuntingan 11 hari dengan dosis perlakuan 18 mglkg bb menunjukkan penurunan
jumlah sel spennatogenetik seragam. Pada kedua kelompok percobaan tersebut sel
spermatogenetik seragarn belum berkembang menjadi spermatogonium. Dari basil
pengamatan dapat disimpulan bahwa, nikotin menghambat perkembangan sel
spermatogenetik, mengakibatkan atropi sel spermatogenetik dan juga penurunan
jumlah sel spennatogenetik. Umur kebuntingan It hari merupakan umur kebuntingan
yang paling sensitif dengan menunjukkan penurunan jumJah sel spermatogenetik. | en_US |