NOVEL GADIS PANTAI KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: KAJIAN STILISTIKA
Abstract
Novel Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer: Kajian Stilistika; Afrilia
Sulistiowati, 090110201043; 2009: 91 halaman; Jurusan Sastra Indonesia Fakultas
Sastra Universitas Jember.
Novel Gadis Pantai secara garis besar merupakan gambaran umum tentang
pola tingkah laku priyayi mayarakat Jawa. Gambaran priyayi Jawa tersebut
merupakan kritikan terhadap bentuk feodalisme Jawa yang tergambar dalam setiap
bentuk tradisi yang dilakukan oleh para priyayi. Hal tersebut merupakan gambaran
hedonisme para priyayi pada zamannya. Gambaran tradisi priyayi Jawa dalam novel
ini tergambar dengan jelas dalam setiap tuturan teks. Hal tersebut tidak terlepas dari
penyajian struktur cerita (judul, tema, tokoh, latar) yang saling membangun dalam
satu kesatuan isi cerita.
Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu mendeskripsikan kajian struktural
dan mendeskripsikan kajian stilistika novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta
Toer. Metode yang digunakan dalam penganalisisan ini adalah pendekatan struktural
dan kajian Stilistika. Pendekatan struktural dapat mengungkapkan unsur-unsur yang
ada dalam novel Gadis Pantai karya Pramoedya Ananta Toer. Pendekatan struktural
yang digunakan meliputi: Judul, tema, penokohan dan perwatakan serta latar atau
setting. Judul Gadis Pantai menunjukkan tokoh utama yaitu Gadis Pantai. Karena
membutuhkan waktu penceritaan paling banyak dan sering dikenai permasalahan atau
konflik dengan tokoh yang lain.
Tema mayor novel Gadis Pantai adalah perbedaaan status sosial berdampak
kesenjangan. Tema minor dalam novel Gadis Pantai adalah kekuasaan “membutakan
vii
hati nurani” seorang penguasa, dan ketidakberanian melawan kekuasaan yang
semena-mena berakibat penyesalan.
Tokoh dalam novel Gadis Pantai terdiri atas tokoh utama dan tokoh
bawahan. Tokoh utama dalam novel Gadis Pantai adalah Gadis Pantai. Tokoh
bawahan terdiri dari Bendoro, bapak Gadis Pantai, ibu Gadis Pantai, dan Mardinah.
Tokoh Gadis Pantai, bapak Gadis Pantai, dan Mardinah berwatak round character
Tokoh Bendoro dan ibu Gadis Pantai berwatak flat character .
Latar yang ada dalam novel Gadis Pantai meliputi latar tempat, lingkungan
kehidupan, sistem kehidupan, latar alat dan waktu terjadinya peristiwa. Latar tempat
meliputi dua latar yaitu kampung nelayan dan rumah Bendoro. Lingkungan
kehidupan mengarah pada lingkungan kehidupan kampung nelayan dan rumah
Bendoro. Sistem kehidupan meliputi kampung nelayan yang sederhana dan
kehidupan golongan priyayi yang berkuasa. Latar alat yang digunakan dalam novel
Gadis Pantai diantaranya obor, lampu, peralatan alat makan, dan sebagainya. Waktu
terjadinya peristiwa meliputi pagi, sore, malam dan abad.
Bahasa Figuratif disebut juga permajasan. Gaya bahasa yang digunakan
dalam novel Gadis Pantai meliputi majas perbandingan diantaranya majas simile,
majas metafora, majas aligori, majas personifikasi, majas sinekdoke, majas asosiasi,
majas hiperbola, majas onomatope dan majas eponim. Majas penegasan meliputi
majas repetisi, majas pleonasme, majas antiklimaks, dan majas asidenton. Majas
pertentangan yang dibahas yaitu majas antitesis. Majas sindiran meliputi majas ironi,
dan majas sarkasme.
Tuturan idiomatik dalam suatu kajian stilistika termasuk dalam ranah bahasa
figuratif diantaranya frasa “bunga kampung”, frasa “kuda kacang”, frasa “keras
berpikir”, dan frasa “angkat bahu”.