dc.description.abstract | Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Indikator berpikir kritis peserta didik
yang diukur pada saat proses pembelajaran berlangsung antara lain : (1)
menyampaikan pendapat pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar 56,94%,
siklus 2 sebesar 62,5% dan siklus 3 sebesar 80,55%; (2) mempertahankan
pendapat pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar 60,41%, siklus 2 sebesar
71,52% dan siklus 3 sebesar 81,94%; (3) menarik kesimpulan pada siklus 1
memperoleh presentase sebesar 56,25%, siklus 2 sebesar 69,44% dan siklus 3
sebesar 79,16%; (4) membuat perbandingan pada siklus 1 memperoleh presentase
sebesar 59,72%, siklus 2 sebesar 72,22% dan siklus 3 sebesar 77,77%; (5)
mengevaluasi argumen pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar 61,11%,
siklus 2 sebesar 71,52% dan siklus 3 sebesar 79,86%.
Hasil belajar aspek kognitif pada siklus 1 memperoleh presentase sebesar
66,67%, siklus 2 sebesar 72,22%, dan siklus 3 sebesar 77,78%. Hasil belajar apek
psikomotor dibagi menjadi 2 indikator yaitu: (1) menganalisis fakta pada siklus 1
memperoleh presentase sebesar 55,16%, siklus 2 sebesar 64,58% dan siklus 3
sebesar 72,22%; (2) memecahkan masalah pada siklus 1 memperoleh presentase
sebesar 54,86%, siklus 2 sebesar 70,13% dan siklus sebesar 79,86%.
Kesimpulan hasil penelitian: (1) terdapat peningkatan kemampuan berpikir
kritis peserta didik, peserta didik lebih aktif dan semangat dalam proses
pembelajaran sejarah; (2) terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik dengan
penerapan Deep Dialogue/ Critical Thinking dengan pendekatan Scientific dalam
proses pembelajaran di Kelas X IS-2 SMAN Arjasa yaitu pada siklus I, II, dan III. | en_US |