PERUBAHAN PARTISIPASI POLITIK DI THAILAND PASCA PEMILIHAN UMUM 2007
Abstract
Fenomena perubahan partisipasi politik di Thailand dari konvensional
menjadi non-konvensional pasca pemilu 2007 telah menjadi obyek pengamatan bagi
ilmuan politik. Gerakan massa yang mengidentifikasikan diri sebagai People’s
Alliance for Democracy (PAD) dan United Nation Front for Democracy Againts
Dictactorship (UDD) menggunakan cara-cara non-konvensional dalam menyuarakan
aspirasi politik kepada pemerintah. Cara-cara non-konvensional dalam partisipasi
politik menyebabkan sistem politik dan pemerintahan di Thailand mengalami krisis,
suksesi politik tidak sesuai dengan konstitusi, kerusakan infrastruktur, timbulnya
korban jiwa dan lain sebagainya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses dan penyebab perubahan partisipasi politik di Thailand pasca
pemilu 2007.
Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif di mana peneliti
menganalisis data-data empiris dan menarik kesimpulan berdasarkan keterkaitan
antarfakta sesuai dengan kerangka pemikiran. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab perubahan partisipasi politik
di Thailand pasca pemilu 2007 adalah lemahnya konsolidasi demokrasi dan adanya
konflik elit yang memobilisasi massa. Adanya perilaku non-konstitusional yang
dilakukan oleh aktor-aktor politik mencerminkan kurangnya pendalaman demokrasi
dan penghormatan terhadap hukum. Kemudian sikap dan posisi Raja sebagai
pemimpin tertinggi yang kebal kritik mengakibatkan kebebasan masyarakat menjadi
terbatas. Sementara itu, campur tangan pihak militer dalam politik mendorong
pemerintah menggunakan instrumen kekerasan dan mengontrol media menjadi
ancaman bagi masyarakat Thailand untuk menyuarakan aspirasi politik melalui cara
konvensional. Sedangkan adanya konflik elit nasional (elit penguasa dan elit pesaing)
yang memperebutkan kekuasaan telah mempolarisasi masyarakat Thailand menjadi
dua kutub (PAD-antiThaksin dan UDD-proThaksin) dan mengakibatkan manajemen
pemerintahan terhadap potensi konflik semakin buruk. Oleh karena itu, partisipasi
politik di Thailand mengalami perubahan dari konvensional menjadi nonkonvensional
pasca pemilu 2007.