KEPUTUSAN AMERIKA SERIKAT MENGELUARKAN UNDANG-UNDANG “COUNTERING IRAN IN THE WESTERN HEMISPHERE”
Abstract
Persepsi yang terbentuk adalah persepsi ancaman terhadap hegemoni dan kepentingan
Amerika Serikat di kawasan Western Hemisphere. Adanya kerjasama antara Iran dan
negara-negara “kiri” Amerika Latin menjadi potensi kekuatan untuk mewujudkan
semangat revolusi menentang hegemoni Amerika Serikat di kawasan. Undangundang
“Countering Iran in The Western Hemisphere” kemudian menjadi pilihan
(choice) dalam menyikapi fenomena aktivitas Iran di Amerika Latin. Keputusan
mengeluarkan undang-undang tersebut dipengaruhi oleh internal setting dan external
setting sebagai input of choice. Faktor internal setting yang melandasi pembuatan
keputusan tersebut antara lain posisi partai Republik yang mendominasi kursi
parlemen, opini publik Amerika Serikat dan adanya desakan kelompok lobi Yahudi,
American Israeli Public Affair Committee (AIPAC).
Pertama, jumlah anggota partai Republik di dalam Kongres yang mendominasi
menjadi keuntungan tersendiri dalam proses pengambilan suara, terutama apabila
rancangan kebijakan yang dibuat sesuai dengan pandangan politik luar negeri
Amerika Serikat dan dianggap mengakomodir mayoritas opini publik Amerika
Serikat. Kedua, publik Amerika Serikat memercayai bahwa Iran merupakan negara
yang berbahaya karena kepemilikan teknologi nuklir dan jaringan terorismenya.
Namun, untuk menyikapi Iran, publik Amerika Serikat lebih menyetujui kebijakan
sanksi ekonomi ataupun embargo daripada pengerahan militer. Ketiga, terdapat
kelompok lobi Yahudi AIPAC (American Israeli Public Affair Committee) yang
mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk mengeluarkan kebijakan Anti-Iran.
AIPAC merupakan kelompok lobi yang memiliki pengaruh kuat di Amerika Serikat
karena kepemilikan aset-aset, bahkan menguasai military industrial complex di
Amerika Serikat.
Faktor external setting yang mempengaruhi kebijakan tersebut adalah teknologi
nuklir Iran dan jaringan terorisme Iran. Iran dan negara-negara Amerika Latin telah
melakukan kerjasama transfer teknologi nuklir, utamanya Venezuela. Nuklir Iran
menjadi alat menumbuhkan semangat revolusi melawan hegemoni Amerika Serikat
di kawasan Western Hemisphere. Iran yang dinyatakan sebagai negara sponsor
terorisme telah menanamkan ketakutan bagi Amerika Serikat dengan adanya aktivitas
kelompok terorisme yang didukungnya, yakni Quds Force dan Hizbullah. Kedua
kelompok tersebut menjalankan misi menentang dan mengancam akan menyerang
Amerika Serikat. Quds Force menjalankan misinya dengan membentuk sikap anti-
Amerika melalui doktrinasi dalam lembaga-lembaga amal, keagamaan, dan
kebudayaan. Quds Force memiliki organisasi yang mengadakan pelatihan dan
pengajaran fundamentalisme di kawasan Amerika Latin, yaitu Organization of
Abroad Howzeh and Islamic School. Sementara Hizbullah cenderung bergerak dalam
aksi-aksi kejahatan lintas negara, misalnya perdagangan narkoba dan penjualan
senjata. Hizbullah menjalin kerjasama dengan kartel narkoba maupun kelompok
terorisme lokal negara-negara Amerika Latin.
Menghadapi potensi ancaman semacam itu, Amerika Serikat memerlukan instrumen
politik yang legal supaya segala tindakan politiknya baik di dalam negeri maupun
luar negeri diakui sah berdasarkan konstitusi. Undang-undang “Countering Iran in
The Western Hemisphere”-lah kemudian menjadi acuan bagi Amerika Serikat untuk
melaksanakan aksi politiknya dalam menghadapi Iran di kawasan Westen
Hemipshere. Kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan Amerika
Serikat di kawasan Western Hemisphere, utamanya di kawasan Amerika Latin dalam
rangka mempertahankan hegemoninya di kawasan.