Show simple item record

dc.contributor.authorWika Admaja
dc.date.accessioned2013-12-06T03:06:02Z
dc.date.available2013-12-06T03:06:02Z
dc.date.issued2013-12-06
dc.identifier.nimNIM062210101023
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/5546
dc.description.abstractAgregasi platelet akan memberikan keuntungan bagi organisme seperti adanya proses hemostasis, akan tetapi dilain pihak, agregasi trombosit apabila berlebihan dapat berbahaya karena adanya pembentukan trombus dan embolisme yang dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan stroke. Agregasi platelet terjadi karena terjadinya luka pada pembuluh darah yang menyebabkan lapisan endogen rusak yang kemudian menyebabkan serat kolagen terbuka dan trombosit akan melekat pada serat kolagen yang kemudian trombosit akan mensekresi sejumlah besar adenosin difosfat (ADP) dan enzim-enzimnya membentuk tromboksan A2 yang akan merangsang terjadinya agregasi platelet. Masyarakat telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai obat alternatif untuk berbagai macam penyakit, salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat antiagregasi platelet adalah buah cabai rawit (Capsicum frutescens). Senyawa dalam cabai yang berfungsi sebagai antiagregasi platelet adalah kapsaisin. Sebuah penelitian tentang efek kapsaisin sebagai antiagregasi platelet secara in vitro melaporkan bahwa kapsaisin dapat menghambat terbentuknya agregasi platelet dengan penghambatan jalur adenosin difosfat (ADP) dari platelet-platelet. Pada penelitian ini, bahan uji yang digunakan adalah ekstrak cabai rawit merah jenis ceplik. Berdasarkan hasil optimasi, dosis ekstrak yang digunakan adalah 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB yang sebelumnya disuspensikan dengan CMC Na 1%, 2%, 3%. Kontrol positif yang digunakan adalah clopidogrel yang merupakan antiagregasi platelet oral, sedangkan kontrol negatifnya adalah CMC Na 1%. Sebelum diberi perlakuan masing-masing mencit dipuasakan selama 18 jam hanya diberi minum ad libitum dan ditimbang berat badannya. Setelah itu, masingmasing mencit diberi perlakuan selama 7 hari, pada hari kedelapan dilakukan pengambilan darah dan dihitung waktu perdarahannya. Darah diambil lewat ekor mencit dengan cara memotong ujung ekor mencit ±2 mm. Berdasarkan hasil penelitian, kontrol positif mempunyai rata-rata waktu perdarahan tertinggi yaitu 1102,8 detik, sedangkan rata-rata waktu perdarahan terkecil ditunjukkan oleh kontrol negatif yaitu 71,20 detik. Rata–rata waktu perdarahan kelompok dosis ekstrak dari dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB yaitu 281,4 detik; 440,6 detik; dan 874,6 detik. Dari data tersebut terlihat bahwa pada kelompok dosis terjadi peningkatan waktu perdarahan secara signifikan. Berdasarkan hasil uji Anova one way dengan taraf kepercayaan 95% untuk waktu perdarahan, terdapat salah satu atau lebih perlakuan yang memiliki perbedaan bermakna pada waktu perdarahannya. Dari hasil uji LSD dapat diketahui bahwa seluruh perlakuan memiliki perbedaan yang bermakna.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries062210101023;
dc.subjectEKSTRAK ETANOL CABAI RAWIT,ANTIAGREGASI PLATELET.en_US
dc.titlePENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) SEBAGAI ANTIAGREGASI PLATELET TERHADAP WAKTU PERDARAHAN PADA MENCIT JANTAN GALUR BALB/Cen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record