PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) SEBAGAI ANTIAGREGASI PLATELET TERHADAP WAKTU PERDARAHAN PADA MENCIT JANTAN GALUR BALB/C
Abstract
Agregasi platelet akan memberikan keuntungan bagi organisme seperti
adanya proses hemostasis, akan tetapi dilain pihak, agregasi trombosit apabila
berlebihan dapat berbahaya karena adanya pembentukan trombus dan embolisme
yang dapat meningkatkan faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan stroke.
Agregasi platelet terjadi karena terjadinya luka pada pembuluh darah yang
menyebabkan lapisan endogen rusak yang kemudian menyebabkan serat kolagen
terbuka dan trombosit akan melekat pada serat kolagen yang kemudian trombosit
akan mensekresi sejumlah besar adenosin difosfat (ADP) dan enzim-enzimnya
membentuk tromboksan A2 yang akan merangsang terjadinya agregasi platelet.
Masyarakat telah banyak menggunakan tumbuhan sebagai obat alternatif
untuk berbagai macam penyakit, salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
obat antiagregasi platelet adalah buah cabai rawit (Capsicum frutescens). Senyawa
dalam cabai yang berfungsi sebagai antiagregasi platelet adalah kapsaisin. Sebuah
penelitian tentang efek kapsaisin sebagai antiagregasi platelet secara in vitro
melaporkan bahwa kapsaisin dapat menghambat terbentuknya agregasi platelet
dengan penghambatan jalur adenosin difosfat (ADP) dari platelet-platelet.
Pada penelitian ini, bahan uji yang digunakan adalah ekstrak cabai rawit
merah jenis ceplik. Berdasarkan hasil optimasi, dosis ekstrak yang digunakan adalah
100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan 400 mg/kg BB yang sebelumnya disuspensikan
dengan CMC Na 1%, 2%, 3%. Kontrol positif yang digunakan adalah clopidogrel yang merupakan antiagregasi platelet oral, sedangkan kontrol negatifnya adalah CMC
Na 1%.
Sebelum diberi perlakuan masing-masing mencit dipuasakan selama 18 jam
hanya diberi minum ad libitum dan ditimbang berat badannya. Setelah itu, masingmasing
mencit diberi perlakuan selama 7 hari, pada hari kedelapan dilakukan
pengambilan darah dan dihitung waktu perdarahannya. Darah diambil lewat ekor
mencit dengan cara memotong ujung ekor mencit ±2 mm.
Berdasarkan hasil penelitian, kontrol positif mempunyai rata-rata waktu
perdarahan tertinggi yaitu 1102,8 detik, sedangkan rata-rata waktu perdarahan
terkecil ditunjukkan oleh kontrol negatif yaitu 71,20 detik. Rata–rata waktu
perdarahan kelompok dosis ekstrak dari dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg BB, dan
400 mg/kg BB yaitu 281,4 detik; 440,6 detik; dan 874,6 detik. Dari data tersebut
terlihat bahwa pada kelompok dosis terjadi peningkatan waktu perdarahan secara
signifikan. Berdasarkan hasil uji Anova one way dengan taraf kepercayaan 95% untuk
waktu perdarahan, terdapat salah satu atau lebih perlakuan yang memiliki perbedaan
bermakna pada waktu perdarahannya. Dari hasil uji LSD dapat diketahui bahwa
seluruh perlakuan memiliki perbedaan yang bermakna.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]