MANTRA “PANGABEREN SOWARAH” MASYARAKAT MADURA DI KABUPATEN SITUBONDO
Abstract
Indonesia cukup kaya akan folklor. Salah satu dari bentuk folklor yang dapat
ditemukan adalah mantra pangaberen sowarah masyarakat Madura di Kabupaten
Situbondo. Mantra pangaberen sowarah merupakan bentuk folklor lisan. Mantra
pangaberen sowarah merupakan mantra pengasihan masyarakat Madura yang hanya
dimiliki orang-orang tertentu saja. Mantra pangberen sowarah memiliki keunikan
dalam proses penuturannya yang mencerminkan kepercayaan masyarakat Madura
serta berbeda dari penelitian mantra yang lain. Selain itu, mantra pangaberen
sowarah juga memiliki keunikan yang bisa membuat semua orang tergila-gila lewat
suara yang dikeluarkan. Mantra pangberen sowarah dapat digunakan dalam segala
kegiatan tidak hanya untuk kegiatan macapatan melainkan kegiatan yang berkaitan
untuk menarik seseorang atau membuat orang tergila-gila pada pembaca mantra.
Berdasarkan hal di atas, permasalahan yang dikaji terdiri atas tiga rumusan
masalah yaitu (1) Bagaimanakah proses penuturan mantra “Pangaberen Sowarah”
Masyarakat Madura di Kabupaten Situbondo? (2) Bagaimanakah fungsi sosio budaya
mantra “Pangaberen Sowarah” Masyarakat Madura di Kabupaten Situbondo? (3)
Bagaimanakah unsur kesastraan mantra “Pangaberen Sowarah” Masyarakat Madura
di Kabupaten Situbondo?
Rancangan dan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, dan dokumentasi. Teknik
analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif yang
meliputi menyeleksi data, klasifikasi data, dan interpretasi data.
Hasil penelitian ini menginformasikan (1) proses penuturan mantra
pangaberen Sowarah, (2) fungsi sosio budaya mantra pangaberen sowarah, (3) unsur
kesastraan mantra pangaberen sowarah. Proses penuturan mantra pangaberen
sowarah meliputi sebelum penuturan mantra pangberen sowarah, inti penuturan dan
penuturan penutup serta cara yang harus dilakukan. Sebelum penuturan mantra
pangaberen sowarah yaitu pembacaan ta’awwudz kemudian pembacaan basmalah
setelah itu membaca Al-Fatihah yang dikhususkan kepada Nabi Muhammad, Nabi
Daud serta Syeik Abdul Qadir Jailani. Inti penuturan mantra pangaberen sowarah
merupakan maksud yang terkandung dalam mantra. Penuturan penutup mantra
pangberen sowarah merupakan pernyataan Tuhan hanya satu yaitu Allah dan
penyebutan utusan Allah yaitu Nabi Muhammad. Mantra pangberen sowarah
memiliki tiga fungsi yaitu sebagai media komunikasi dengan Tuhan, sebagai media
pemikat dan sebagai media si’ar. Aspek kesastraan pangaberen sowarah mencakup
rima, diksi dan citraan.
Berdasarkan hasil penelitian perlu diberikan saran-saran sebagai berikut: (1)
pengembangan mantra sebaiknya dilestarikan dalam masyarakat karena mantra dapat
digunakan untuk hal-hal yang baik; (2) bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia,
hendaknya memotivasi siswa supaya melakukan pemeliharaan dan penggalian
terhadap sastra daerah; (3) bagi pribadi hendaknya lebih banyak membaca lagi
pengetahuan-pengetahuan tentang sastra dan ilmu folklor; (4) bagi peneliti
selanjutnya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan
dalam mengkaji mantra lain khususnya yang menggunakan bahasa Madura.