APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR HASIL DEKOMPOSISI URINE TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KAILAN
Abstract
Pertanian organik merupakan suatu sistem pertanian yang mendorong
pengembangan tanah dan tanaman yang sehat melalui beberapa praktek budidaya
seperti daur ulang nutrisi dalam bahan organik (sisa-sisa tanaman), rotasi
tanaman, pengolahan yang tepat dan mengurangi penggunaan pupuk buatan dan
pestisida sintetis. Ada dua jenis pupuk organik, pupuk organik padat dan pupuk
organik cair. Salah satu bahan dasar pupuk organik cair adalah urine sapi. Urine
merupakan limbah ternak yang memiliki bau yang sangat menyengat. Selain
sebagai limbah, urine sapi dapat digunakan sebagai pupuk organik cair yang
meningkatkan nutrisi tanah dan meningkatkan pertumbuhan kailan dengan
menyediakan nutrisi tambahan dalam urine sapi. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk: (1) mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair urine sapi terhadap
pertumbuhan kailan, dan (2) mengetahui dosis optimal dari urine sapi pupuk cair
didasarkan untuk meningkatkan pertumbuhan kailan itu.
Penelitian ini dilakukan sebagai percobaan pot di rumah kaca Fakultas
Pertanian Universitas Jember, dan dilakukan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan tersebut antara lain:
P0 (Urea 15 gr/tanaman), P1 (Pupuk Urine+Rumen+Mollase dosis 257,5
cc/tanaman), P2 (Pupuk Urine+Rumen+Mollase dosis 515 cc/tanaman), P3
(Pupuk Urine+Rumen+Mollase dosis 1030 cc/tanaman), P4 (Pupuk
Urine+Rumen+Leri dosis 210 cc/tanaman), P5 (Pupuk Urine Rumen+Leri dosis
420 cc/tanaman), P6 (Pupuk Urine+Rumen+Leri dosis 840 cc/tanaman).
Perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji jarak Duncan (Duncan Multiple Range
Test) dengan taraf nyata 5%. Hasil penelitian ini bahwa perlakuan P3 (Pupuk Urine+Rumen+Mollase
dosis 1030 cc/tanaman) menunjukkan berbeda tidak nyata dengan P6 (Urine +
rumen + Leri dari 840 cc/tanaman) pada N total tanah, tetapi keduanya
memberikan hasil berbeda nyata untuk perlakuan lainnya, P0 (Urea 15
gr/tanaman) P1 (Pupuk Urine+Rumen+Molasses dosis 257,5 cc/tanaman), P2
(Pupuk Urine+Rumen+Molasses dosis 515 cc/tanaman), P4 (Pupuk
Urine+Rumen+Leri dosis 210 cc/tanaman), dan P5 (Pupuk Urine+Rumen+Leri
dosis 420 cc/tanaman). Sedangkan untuk variabel P-Olsen tanah, perlakuan P2
(Pupuk Urine+Rumen+Mollase dari 515 cc/tanaman) memberikan hasil
kandungan P-Olsen tanah tertinggi (89,15 ppm), dan menunjukkan berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Untuk variabel kandungan K-tersedia tanah, P3 (Pupuk
Urine+Rumen+Molasses dosis 1030 cc/tanaman) menunjukkan berbeda tidak
nyata dengan P5 (Pupuk Urine+Rumen+Leri dosis 420 cc/tanaman), namun kedua
perlakuan menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Semua perlakuan memberikan hasil berbeda tidak nyata terhadap berat
basah dan berat kering tanaman Kailan, namun perlakuan P2, cenderung
memberikan berat tanaman tertinggi. Untuk variabel kandungan N tanaman,
semua perlakuan menunjukkan berbeda tidak nyata. Demikian pula untuk semua
perlakuan kecuali, P6 (Pupuk Urine+Rumen+Leri dari 840 cc/tanaman),
menunjukkan berbeda tidak nyata pada %-kandungan P tanaman, dan
menunjukkan hasil terendah kandungan P tanaman (0,36%). Sementara, perlakuan
P0 (Urea 15 gr/tanaman) dan P6 (Pupuk Urine+Rumen+Leri dosis 840
cc/tanaman) memberikan hasil berbeda tidak nyata terhadap %-kandungan K
tanaman, tetapi keduanya menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya,
P1 (Pupuk Urine+Rumen+Molasses dosis 257,5 cc/tanaman), P2 (Pupuk
Urine+Rumen+Molasses dosis 515 cc/tanaman), P3 (Pupuk
Urine+Rumen+Molasses dosis 1030 cc/tanaman), P4 (Pupuk Urine+Rumen+Leri
dosis 210 cc/tanaman), dan P5 (Pupuk Urine+Rumen+Leri dosis 420 cc/tanaman).
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4297]