PENGENDALIAN PENYAKIT PATIK (Cercospora nicotianae) PADA TEMBAKAU NA OOGST SECARA IN-VIVO DENGAN EKSTRAK DAUN GULMA KIPAHIT (Tithonia diversifolia)
Abstract
Penyakit patik atau bercak daun Cercospora yang disebabkan oleh jamur
Cercospora nicotinae dapat mengurangi mutu daun tembakau, terutama apabila
digunakan sebagai daun pembalut cerutu. Daun yang terserang bercak patik ini
mudah robek dan berkembang pesat ketika diproses digudang. Penyakit ini
umumnya dikendalikan mengunakan pestisida kimia. Padahal ada aturan
pembatasan residu kimia pada daun tembakau yang sering disebut Batas
Maksimum Residu (BMR) yaitu sebesar 2,0 ppm. Oleh karena itu dicari alternatif
pengendalian dengan ekstrak nabati yang mempunyai potensi untuk
mengendalikan penyakit patik. Salah satunya adalah kipahit yang termasuk dalam
golongan gulma berdaun lebar yang mengandung senyawa flavonoid, tannin,
terpenoid, dan saponin.
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan perlakuan P1 (tidak diinokulasi Cercospora nicotianae dan tidak
disemprot dengan ekstrak daun kipahit), P2 (diinokulasi Cercospora nicotianae
dan tidak disemprot dengan ekstrak daun kipahit), P3 (diinokulasi Cercospora
nicotianae dan disemprot dengan ekstrak daun kipahit 25 g/l), P4 (diinokulasi
Cercospora nicotianae dan disemprot dengan ekstrak daun kipahit 50 g/l), P5
(diinokulasi Cercospora nicotianae dan disemprot dengan ekstrak daun kipahit 75
g/l) setiap perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Inokulasi dilakukan pada 5 hst.
Penyemprotan ekstrak daun kipahit dilakukan pada tanaman berumur 35 hst, 50
hst dan 65 hst dan dilakukan pada sore hari. Pengamatan Keparahan penyakit dan
insiden penyakit dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan interval waktu
setiap 5 hari setelah aplikasi pestisida nabati. AUDPC (Area Under Disease
Progress Curve) merupakan parameter yang berguna untuk mengukur
perkembangan penyakit terhadap waktu.
Pada 15 hst daun-daun yang diinokulasi mulai menunjukkan gejala awal,
muncul bercak yang berbentuk bulat dan tidak bercincin, pada awalnya berukuran
2 – 4 mm dan terus semakin membesar, berwarna cokelat dan pada bagian tepi
bercak berwarna gelap dengan bagian tengah berwarna ke abu-abuan. Pada 35 hst
bercak patik semakin berkembang dengan diameter antara 4 – 6 mm dengan
warna yang semakin menjadi cokelat lebih gelap dan bentuk tidak bercincin.
Tingkat keparahan penyakit pada 20-60 hst tidak menunjukkan perbedaan pada
setiap perlakuan. Pada 65-80 hst, perlakuan 50 g/L dan 75 g/L mampu
mengendalikan Cercospora nicotianae yang ditunjukkan dengan keparahan
penyakit yang semakin rendah pada setiap pengamatannya, masing-masing 7,2
dan 8,2 pada 80 hst. Berbeda dengan perlakuan lain yang keparahan penyakitnya
terus meningkat pada setiap pengamatan. Pada 80 hst setelah penyemprotan yang
ke-3, keparahan penyakit pada tanaman yang disemprot dengan ekstrak daun
kipahit 50 g/L tidak berbeda dengan konsentrasi 75 g/L. Namun, ekstrak daun
kipahit dengan konsentrasi 75 g/L lebih kental dan sulit disemprotkan. Nilai
AUDPC pada perlakuan ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 50 g/L adalah
yang terkecil dibandingkan dengan dua perlakuan ekstrak lainnya, yang berarti
pada konsentrasi tersebut mampu mengendalikan penyakit Cercospora nicotianae.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]