PENGARUH WAKTU APLIKASI UMPAN TELUR BUSUK SEBAGAI PERANGKAP WALANGSANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI
Abstract
RINGKASAN
”Pengaruh Waktu Aplikasi Umpan Telur Busuk Sebagai Perangkap
Walangsangit (Leptocorisa acuta Thunberg) Pada Tanaman Padi” Aan
Khunaifi, 081510501055; 2013; 39 halaman; Program Studi Agroteknologi Minat
Hama dan Penyakit Tumbuhan; Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Masalah yang dihadapi petani terutama sejak revulosi hijau, adalah
serangan hama yang dapat menghancurkan tanaman. Salah satu hama yang sering
merusak tanaman padi pada fase generatif adalah hama walangsangit (Leptocorisa
acuta Thunberg). Untuk menghadapi masalah tersebut petani mengembangkan
suatu bahan untuk mengendalikannya, yaitu dengan pestisida. Mengingat dampak
negatif dari pestisda maka perlu suatu usaha dalam pengendalian hama pada
tanaman. Sudah diketahuai sejak lama bahwa walangsangit tertarik dengan bahanbahan
yang
membusuk.
Diduga
bahwa
bau
bangkai
dikonsumsi
oleh
walangsangit
jantan
untuk menghasilkan senyawa pemikat (feromon seks) bagi walangsangit
betina dalam proses perkawinan. Dari pernyataan tersebut muncul sebuah ide
dalam pengendalian hama walangsangit dengan memanfaatkan bau busuk dari
telur yang telah membusuk untuk dijadikan sebagai bahan umpan hama
walangsangit.
Telur merupakan sumber protein hewani yang paling tinggi dan sangat
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Bau telur yang membusuk amatlah
menyengat, bau menyengat dari telur yang mulai membusuk disebabkan oleh
adanya gas Hidrogen Sulfida (H2S), hidrogen sulfida berasal dari kegiatan
dekomposisi protein dan lemak yang dikandung oleh telur
Penelitian yang berjudul “Pengaruh Waktu Aplikasi Umpan Telur Busuk
Sebagai Perangkap Walangsangit (Leptocorisa acuta Thunberg) Pada Tanaman
Padi” yang bertujuan untuk: (1) Untuk mengetahui umpan yang paling disukai
walangsangit terhadap bau bangkai ketam dan telur busuk, (2) Untuk mengetahui
kemampuan daya tahan perangkap pada hari kelima antara telur busuk dengan
bangkai ketam sebagai umpan perangkap hama walangsangit, (3) Untuk
vi
mengetahui jumlah serangga lain yang terperangkap antara penggunaan umpan
bangkai ketam dan telur busuk
Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK)
dengan 6 perlakuan yaitu bangkai ketam (B0), telur ayam kampung (B1), telur
ayam horn (B2), telur angsa (B3), telur bebek (B4), telur puyuh (B5) dan masing-
masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa umpan yang paling disukai pada perlakuan B0 dengan menggunakan
bangkai ketam, dan umpan dari telur yang paling disukai pada perlakauan B4
dengan menggunakan bau telur bebek dan telur ayam horn kurang disukai dalam
menjerat walangsangit. Daya tahan tangkapan pada hari kelima menunjukkan
bahwa bangkai ketam pada pengamatan hari ke-1 samapai dengan ke-3 jumlah
tangkapan walangsangit paling banyak menarik hama walangsangit, pada hari ke4
dan
kelima
jumlah
tangkapan
dengan
bau
bangkai
ketam
turun
semakin
sedikit
jumlah
tangkapannya. Jenis serangga lain yang ikut terperangkap adalah jenis
belalang pedang (Tettgonidae) dan Jenis lalat semai padi (Athergona exigua
Stein), Bau dengan menggunakan telur busuk memiliki jumlah tangkapan
serangga lain paling banyak dibandingkan dengan bau bangkai ketam. Bau telur
busuk yang paling baik di gunakan untuk umpan perangkap hama walangsangit
adalah telur bebek.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]