EFEK PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SINGKONG (Manihot esculenta) TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA GINGIVA TIKUS (Rattus norvegicus)
Abstract
Luka yang timbul akibat perawatan jaringan lunak dan jaringan keras rongga
mulut diharapkan dapat sembuh secara fisiologis dengan melalui beberapa fase
penyembuhan luka. Proses ini dimulai dari munculnya sel-sel radang sebagai tanda
inflamasi, diikuti adanya perbaikan jaringan ikat dan akhirnya terbentuk epitel baru
yang menutupi daerah luka. Luka di rongga mulut sering mengganggu serta
menimbulkan rasa tidak nyaman. Luka tersebut seringkali terbuka karena letaknya
yang sulit dijangkau sehingga penanganannya sulit. Luka yang terbuka rentan terkena
kontaminasi bakteri dapat menaikkan respon sel radang sehingga inflamasi menjadi
semakin lama dan penyembuhan luka terhambat. Oleh karena itu, dicari upaya untuk
menekan fase inflamasi agar luka segera mengalami proses penyembuhan.
Obat kimia yang digunakan sebagai standar penilaian efek obat sejenis
antiinflamasi adalah Aspirin. Aspirin merupakan derivat asam salisilat yang memiliki
efek luas sebagai antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Aspirin dan derivat - derivat
asam salisilat yang lain memiliki efek samping terhadap organ dalam tubuh. Hal ini
yang mendasari pencarian bahan-bahan alami sebagai obat. Salah satu tanaman obat
yang telah lama digunakan masyarakat adalah daun singkong (Manihot esculenta).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi pemberian ekstrak daun
Singkong (Manihot esculenta) dalam meningkatkan proses penyembuhan luka
gingiva tikus. Penelitian merupakan penelitian jenis eksperimental laboratoris dengan
rancangan penelitian the posttest only control group design. Hewan coba yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tikus Wistar jantan berjumlah 27 ekor yang
viii
dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan, setiap kelompok perlakuan dibagi menjadi 3
waktu pengamatan. Pembuatan luka dilakukan pada gingiva sebelah kanan rahang
bawah dengan menggunakan punch biopsy 2,5 mm. Pada ketiga kelompok perlakuan
masing-masing diberikan CMC Na 0,5% sebagai kontrol negatif, Aspirin sebagai
kontrol positif, dan ekstrak daun Singkong (Manihot esculenta) sebagai kelompok
perlakuan. Hewan coba didekaputasi pada hari ke-1, ke-3 dan ke-7 kemudian dibuat
preparat histologis dengan pewarnaan Haematoxylyn eosin. Jaringan luka dilihat
menggunakan mikroskop cahaya binokuler dengan perbesaran 400x.
Hasil penelitian diamati secara klinis dan histologis. Pengamatan secara klinis
meliputi bentuk luka, warna gingiva luka, dan kerusakan jaringan yang terjadi.
Sedangkan pengamatan histologis meliputi kepadatan sel-sel radang, pembentukan
jaringan ikat, pembentukan pembuluh darah, dan pembentukan sel-sel epitel. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa ekstrak daun Singkong memiliki potensi sebagai
antiinflamasi yang hampir sama dengan Aspirin. Pada hari ke-7 menunjukkan
penyembuhan luka kelompok ekstrak daun Singkong lebih cepat daripada kelompok
kontrol negatif maupun kelompok Aspirin.
Peningkatan proses penyembuhan ini diduga karena ekstrak daun Singkong
memiliki kandungan flavonoid, triterpenoid, tannin, saponin, protein dan vitamin C.
Kandungan-kandungan tersebut berperan sebagai antiinflamasi, antibakteri,
antioksidan, antiskorbut, mempercepat sintesis kolagen dan melindungi sel-sel tubuh
dari kontaminasi bakteri.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]