Show simple item record

dc.contributor.authorSiti Nurhidayati
dc.date.accessioned2014-01-29T19:05:29Z
dc.date.available2014-01-29T19:05:29Z
dc.date.issued2014-01-29
dc.identifier.nimNIM080110201021
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/27282
dc.description.abstractGugon tuhon atau (pantang larang) adalah sebuah petuah peninggalan nenek moyang yang diwariskan kepada anak cucu, berisi ajaran untuk menjadikan kehidupan tetap baik.Gugon tuhon pada masyarakat Jawa di Kelurahan Tompokersan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang sudah hampir punah, namun sebagian masyarakat masih ada yang melakukan, mempercayai, dan memahami isi gugon tuhon tersebut. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan jenis, maksud, dan efekgugon tuhon, serta mendeskripsikan pemahaman, pelaksanaan, dan kepercayaan masyarakat Jawa di Kelurahan Tompokersan, Kecamatan Lumajang, Kabupaten Lumajang dengan kajian sosiopragmatik. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai rujukan bagi pengajar dan pelajar yang mempelajari kebudayaan masyarakatJawa. Penelitan ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: (1) penyediaan data, yang dilakukan dengan metode cakap (wawancara), teknik catat dan teknik rekam; (2) penganalisisan data, yang dilakukan secara deskriptif analitik; dan (3) penyajian data, yang dilakukan secara informal. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak dua belas orang yangdibagi menjdadi dua kelompok.Kelompok pertama, delapan orang untuk mengetahui jenis gugon tuhon, dan empat orang untuk mengetahui tingkat pemahaman, pelaksanaan, dan kepercayaan masyarakat Lumajang terhadap gugon tuhon. Terdapat tiga jenis gugon tuhonyang masih dipercayai masyarakat Lumajang, antara lain: (1) gugon tuhon kang salugu(gugon tuhon yang berkaitan langsung antara orang tua dan anak), (2) gugon tuhon wasita sinandi(berupa kalimat yang berisi nasihat berupa petunjuk yang disamarkan), dan (3) gugon tuhon pepali atau wewaler(merupakan petuah leluhur yang berisi larangan atau pantangan melakukan sesuatu). Setiap tuturan yang ada pada gugon tuhon pasti terdapat maksud dan tujuan yang digunakan sebagai pedoman untuk hidup tetap baik.Maksud gugon tuhon inilah yang disebut dengan tindak tutur ilokusi, sedangkan efek dari gugon tuhon disebut dengan tindak tutur perlokusi. Gugon tuhon yang berhubungan dengan wanita hamil dan hajatan sebagian besar masih ditaati, karena mereka percaya apabila melanggar petuah yang ada pada gugon tuhonakan menimbulkan kesulitan bagi bayi dan keluarganya. Gugon tuhon tersebut hanya sekedar mitos, tetapi dengan adanya kepercayaan pada nenek moyang, maka masyarakat di Kelurahan Tompokersan ini mempercayainya.Namun, sebagian dari informan ada juga yang tidak mempercayainya.Misalnya, pas meteng ojok nyampirno anduk neng gulu nggarai anak’e kebulet usus pas nglaerno ‘pada saat hamil, tidak boleh meletakkan handuk dileher menyebabkananaknya terlilit usus pada saat dilahirkan’.Mayoritasgugon tuhon yang memiliki ancaman tidak rasional akan ditinggalkan. Hal ini karena informan menganggap ancaman yang tidak rasional itu tidak masuk akal. Tidak semua informan memahami, melaksanakan, dan mempercayai apa yang ada pada gugon tuhon. Beraneka ragam jawaban atas apa yang mereka ketahui tentang gugon tuhon. Ada informan yang memahami, tidak melaksanakan, namun mempercayai. Ada pula yang pemahamannya sebatas ancaman yang terdapat pada gugon tuhon tersebut. Penelitian ini dikaji berdasarkan maksud dan efek yang terdapat pada gugon tuhon.Oleh karena itu, agar penelitian mengenai gugon tuhon lebih sempurna, disarankan bagi peneliti selanjutnya agar meneliti gugon tuhon dengan menggunakan berbagai kajian.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080110201021;
dc.subjectGugon Tuhonen_US
dc.titleGUGON TUHON PADA MASYARAKAT JAWA (SUATU KAJIAN SOSIOPRAGMATIK)en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record