KAJIAN APLIKASI EKSTRAK ABU SEKAM SEBAGAI PUPUK SILIKON TERHADAP PERUBAHAN KARAKTER FISIOLOGIS TANAMAN PADI
Abstract
Kegiatan usaha tani yang sering mengabaikan kelestarian lahan merupakan
penyebab utama degradasi lahan, seperti pembakaran jerami yang merupakan sumber
unsur kalium (K) dan silika (Si) serta unsur lain dalam tubuh tanaman. Peningkatan
intensitas tanam padi hingga tiga kali dalam setahun tanpa memberikan waktu untuk
dekomposisi jerami menjadi penyebab terkurasnya unsur hara dalam tanah. Unsur
hara N, P, dan K umumnya ditambahkan ke dalam tanah melalui pemupukan, namun
tidak untuk unsur hara Si. Keberadaan Si di tanah yang melimpah selalu dianggap
tersedia untuk tanaman tetapi, kenyataan yang ada Si tidak selalu tersedia karena Si
sulit tersedia dan mudah tercuci. Oleh karena itu, lahan sawah intensif dan lahan
sawah yang berbahan induk aluvial sangat membutuhkan tambahan unsur hara Si.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh aplikasi ekstrak abu
sekam sebagai pupuk silikon terhadap perubahan karakter fisiologis tanaman padi
melalui teknik foliar feeding. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dari itu
dilaksanakan penelitian ini di lahan penelitian Perumnas Patrang Jember mulai
tanggal 06 Juli sampai dengan 15 Oktober 2012.
Penelitian ini menggunakan padi varietas Hipa 8 Pionner dengan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 (dua) faktor. Faktor pertama yaitu
frekuensi (F) terdiri dari 3 level, yaitu sekali seminggu (F
), sekali dalam 2 minggu
(F
2
) dan sekali dalam 3 minggu (F
3
1
). Faktor kedua yaitu konsentrasi (S) ekstrak abu
sekam yang diberikan, terdiri dari 4 taraf yaitu 0% (kontrol) (S
0
); 4% (S
)
dan 12% (S
). Percobaan ini disusun secara faktorial yang diulang sebanyak 3 (tiga)
kali. Nilai rerata masing-masing perlakuan setiap parameter dibandingkan dengan
nilai SEM (Standard error of the mean).
3
1
); 8% (S
2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi frekuensi
dan konsentrasi pupuk silikon terhadap karakter fisiologis tanaman padi. Pengaruh
signifikan terjadi pada laju asimilasi bersih terutama pada fase anakan aktif dengan
kisaran umur 27 hst – 34 hst. Laju asimilasi bersih yang meningkat diduga dapat
mempengaruhi proses fotosistesis tanaman. Peningkatan tertinggi pada fase anakan
aktif (27-34 hst) terdapat pada perlakuan F3S1 dengan frekuensi aplikasi sekali dalam
3 minggu dan taraf konsentrasi 4% sebesar 128,5% dibandingankan dengan kontrol.
Parameter pendukung lain yang juga diamati terkait karakter fisiologis terdiri dari laju
pertumbuhan relatif, indeks luas daun, stomatal conductance, kandungan klorofil,
kadar air jaringan tanaman dan berat kering tanaman.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]