DAMPAK KEPARAHAN INFEKSI PENYAKIT KARAT DAUN KEDELAI PADA GENOTIPE KEDELAI TAHAN KARAT DAUN DAN UKURAN BIJI BESAR TERHADAP PRODUKSI
Abstract
Penyakit karat daun kedelai disebabkan oleh Phakopsora pachyrhizi
Sydow. Sampai saat ini penyakit tersebut masih menjadi masalah utama di
Indonesia karena dapat menyebabkan kehilangan hasil berkisar antara
30-60 persen bahkan dapat mencapai 100 persen pada varietas rentan. Ketahanan
suatu varietas kedelai merupakan faktor penting dalam upaya menekan kerugian
hasil. Pada saat ini banyak varietas kedelai yang diuji guna memperoleh kultivar
tahan karat daun dengan produksi tinggi. Diantara genotipe-genotipe kedelai yang
telah diuji tersebut Unej 1 dan Unej 2 dilaporkan selain memiliki produksi tinggi
termasuk dikategorikan agak tahan karat daun. Produksi kedelai pada Unej 1 dan
Unej 2 masih bisa ditingkatkan dengan meningkatkan ukuran biji melalui
persilangan dengan genotipe kedelai yang mempunyai ukuran biji besar. Salah
satu kedelai yang mempunyai ukuran biji besar adalah kedelai Jepang (Edamame
Ryokkoh/R-75). Pada penelitian ini keparahan infeksi penyakit karat daun kedelai
khususnya pada genotipe-genotipe tersebut diuji dampaknya terhadap komponen
produksi.
Dampak keparahan infeksi penyakit karat daun kedelai terhadap produksi
diuji pada tiga genotipe tersebut di lapangan dengan infeksi karat daun secara
alami. Masing-masing genotipe kedelai tersebut ditanam dilahan percobaan pada
petak-petak tanaman seluas 6 x 4 m, jarak petak 0,75 m dan jarak tanam
10 x 40 cm dengan 2-3 biji per lubang. Setiap perlakuan digunakan tiga ulangan.
Pengujian dilaksanakan di lahan percobaan Politeknik Negeri Jember dan selain
itu, untuk mendapatkan tanaman bebas infeksi patogen karat daun masing-masing
genotipe ditanam di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas Jember yang
digunakan sebagai pembanding. Tingkat keparahan infeksi karat daun kedelai
pada masing-masing genotipe diamati pada umur 40, 50 dan 60 hari setelah tanam
(HST) dengan menentukan intensitas penyakit.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa tiga genotipe kedelai yang diuji
yaitu Unej 1, Unej 2 dan R-75 dapat terinfeksi patogen karat daun. Pada tanaman
yang ditanam di rumah kasa masih terjadi infeksi secara alami namun dengan
tingkat keparahan yang ringan yaitu berkisar diantara 25-29 persen. Intensitas
penyakit pada tanaman ini masih di bawah ambang kendali penyakit karat daun
kedelai.
Intensitas penyakit karat daun di lapangan pada umur 60 HST, terendah
terjadi pada Unej 2 (33,33 persen) dan tertinggi pada Unej 1 (42,33 persen).
Unej 1 memiliki permukaan daun yang lebih lebar daripada Unej 2 dengan bentuk
kanopi daun agak mendatar dan diduga memiliki sel epidermis yang tipis serta
bertekstur agak kaku. Hal tersebut memudahkan terjadinya kontak dengan
patogen yang memungkinkan terjadinya penetrasi dan infeksi patogen. R-75
mempunyai karakteristik permukaan daun yang lebih luas dibanding Unej 1 dan
Unej 2, tetapi intensitas penyakit lebih rendah yaitu 36,30 persen dibandingkan
Unej 1. Hal ini disebabkan karena R-75 diduga memiliki sel epidermis yang lebih
tebal dan daunnya bertekstur kaku. Genotipe kedelai yang tahan karat daun
P. pachyrhizi mempunyai tekstur daun lebih kaku dan mempunyai bulu lebih
rapat dibandingkan dengan genotipe kedelai yang rentan.
Dampak keparahan infeksi penyakit karat daun terhadap produksi
tampak nyata pada tiga genotipe tersebut terutama terjadi penurunan jumlah
polong, jumlah biji, dan berat seratus biji, serta peningkatan polong hampa.
Diantara genotipe tersebut Unej 1 menunjukkan penurunan jumlah
polong dan jumlah biji tertinggi, sedangkan pada R-75 mengalami peningkatan
jumlah polong hampa dan penurunan berat seratus biji tertinggi. Genotipe Unej 1
mengalami penurunan jumlah polong dan jumlah biji tertinggi masing-masing
42,63 dan 39,34 persen, sedangkan R-75 mengalami penurunan berat seratus biji
tertinggi yaitu 4,24 g dan peningkatan polong hampa sebesar 8,83 persen.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]