HUBUNGAN ANTARA POPULASI AFID VEKTOR DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CMV PADA TEMBAKAU H382 YANG DIINTRODUKSI BAKTERI Pseudomonas aeruginosa, CACING MERAH (Lumbricus rubellus) DAN VIRUS CMV-48
Abstract
Penyakit Cucumber mosaic virus (CMV) pada pertanaman tembakau dapat
menyebabkan tebal daun tembakau menjadi tidak merata, lebar daun berkurang,
dan pada kerosok menjadi tidak elastis, warna tidak merata dan mudah pecah,
sehingga menurunkan harga jual. Penyakit ini sulit dikendalikan, karena banyak
tumbuhan inang virus di sekitar pertanaman, sedangkan virus dapat ditularkan
oleh afid vektor. Jika ada sumber inokulum di lapangan, satu ekor afid dapat
menularkan dan menyebarkan virus dari satu tanaman ke tanaman lain bahkan
dari satu pertanaman ke pertanaman lain. Tujuan penelitian ini adalah: (1)
mengetahui populasi afid pada pertanaman tembakau di lahan penelitian, (2)
mengetahui tingkat kejadian penyakit dan laju infeksi CMV, (3) mengetahui
hubungan antara populasi afid dengan kejadian penyakit CMV, dan (4)
mengetahui tingkat keparahan penyakit CMV.
Penelitian dilaksanakan di Desa Tegalgede, Kecamatan Sumbersari,
Jember mulai bulan Agustus sampai dengan bulan Oktober 2004. Rancangan yang
digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial
dengan kombinasi macam P. aeruginosa, macam cacing merah, dan macam virus,
masing-masing terdiri dari dua taraf dan diulang sebanyak tiga kali. Introduksi P.
aeruginosa dilakukan dua kali, pertama pada enam hari sebelum tanam, dan kedua
pada umur tanaman dua hari setelah tanam (hst), aplikasi cacing merah dilakukan
dua kali, pertama pada waktu penanaman tembakau, dan kedua pada umur
tanaman 20 hst, sedangkan inokulasi CMV-48 dilakukan secara mekanik dengan
gosokan pada umur tanaman 21 hst.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi afid tertinggi secara
keseluruhan terdapat pada pertanaman tembakau yang diintroduksi dengan P.
aeruginosa tanpa cacing merah dan CMV-48 (2,46 ekor pada umur tanaman 14
hst), sedangkan populasi afid terendah terdapat pada pertanaman tembakau yang
diintroduksi dengan CMV-48 tanpa P. aeruginosa dan cacing merah (1 ekor pada
umur tanaman yang sama). Populasi afid tidak dipengaruhi oleh macam perlakuan
yang diberikan, karena sifat afid adalah mencoba-coba tanaman inang.
Kejadian penyakit CMV di lapangan tidak dipengaruhi oleh macam
perlakuan yang diberikan, tetapi dipengaruhi oleh populasi afid vektor pada awal
pengamatan. Kejadian penyakit CMV tertinggi terjadi pada pertanaman tembakau
yang diintroduksi dengan P. aeruginosa tanpa cacing merah dan CMV-48 (5,49%
pada umur tanaman 21 hst) dengan laju infeksi 0,20 unit tanaman/hari, sedangkan
kejadian penyakit terendah terjadi pada pertanaman tembakau tanpa introduksi P.
aeruginosa, cacing merah dan CMV-48 (1,11% pada umur tanaman yang sama)
dengan laju infeksi 0,20 unit tanaman/hari.
Satu ekor afid infektif dapat menyebabkan tingkat kejadian penyakit yang
berbeda. Satu ekor afid bersayap pada antartanaman yang infektif dapat
menyebabkan peningkatan kejadian penyakit CMV sebesar 2,31 unit/tanaman
(pada umur tanaman 21 hst) dan 1,69 unit/tanaman (pada umur tanaman 35 hst).
Satu ekor afid tidak bersayap pada antartanaman yang infektif dapat menyebabkan
peningkatan kejadian penyakit CMV sebesar 5,68 unit/tanaman (pada umur
tanaman 35 hst). Satu ekor afid bersayap pada perangkap yang infektif dapat
menyebabkan peningkatan kejadian penyakit CMV sebesar 2,19 unit/tanaman
(pada umur tanaman 21 hst), 0,28 unit/tanaman (pada umur tanaman 35 hst) dan
menyebabkan penurunan kejadian penyakit CMV sebesar 0,66 unit/tanaman (pada
umur tanaman 49 hst). Populasi afid pada umur tanaman 21 hst dan 35 hst
mempunyai korelasi positif, sedangkan populasi afid pada umur tanaman 49 hst
mempunyai korelasi negatif.
Tingkat keparahan penyakit CMV dipengaruhi oleh macam perlakuan
yang diberikan. Pertanaman tembakau yang diintroduksi dengan P. aeruginosa,
cacing merah dan CMV-48 mempunyai keparahan penyakit tertinggi pada umur
tanaman 21 hst (0,95%) tetapi pada umur tanaman 70 hst menjadi terendah
(
13,25%), sedangkan pertanaman tembakau yang diintroduksi dengan cacing
merah dan CMV-48 mempunyai keparahan penyakit terendah pada umur tanaman
21 hst (0%) tetapi pada umur tanaman 70 hst menjadi tertinggi (55,9%).
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]