Potensi Beberapa Isolat Actinomycetes untuk Mengendalikan Bakteri Busuk Batang Berlubang Erwinia Carotovora Subsp. Carotovora pada Tembakau
Abstract
Salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi, kualitas dan
kuantitas tembakau di lapangan yaitu adanya serangan hama dan penyakit. Salah
satunya adalah penyakit busuk batang berlubang yang disebabkan oleh Erwinia
carotovora subsp. carotovora. Tetapi penyakit ini belum efektif dikendalikan
menggunakan pestisida kimiawi maka alternatif pengendalian perlu
dikembangkan yaitu pengendalian menggunakan agen hayati. Salah satu mikroba
yang memiliki potensi sebagai agen pengendali hayati adalah Actinomycetes.
Actinomycetes memiliki kemampuan dalam menghasilkan berbagai antibiotik
seperti streptomycin, aureomisin, oleandomisin, spiramycin dan eritromisin.
Actinomycetes juga dapat mengendalikan beberapa patogen seperti Sclerotium
rolfsii Saac. penyebab penyakit rebah semai pada tanaman kedelai dan
F.oxysporum f.sp. cubense penyebab penyakit layu pada pisang. Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan isolat Actinomycetes pada daerah rizosfer di
pertanaman tembakau dan mengetahui potensi beberapa isolat Actinomycetes
untuk mengendalikan bakteri busuk batang berlubang pada tembakau.
Penelitian ini dilakukan dengan pengujian in vitro dan pengujian in vivo.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Faktorial, Faktor A adalah Actinomycetes dan faktor B adalah E.
carotovora. Pengujian in vitro dilakukan melalui pendekatan antibiosis dengan
metode double-layer assay. Pengujian in vivo mengaplikasikan Actinomycetes
hasil skrinning in vitro (isolat Mumbulsari, Sukowono dan Sukorambi) terhadap
tanaman tembakau yang sudah diinokulasikan dengan bakteri patogen
E.carotovora dan tanpa aplikasi patogen.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pengujian in vitro diameter zona
hambatan yang terbentuk ditunjukkan masing – masing isolat bervariasi yaitu
berkisar 18,30 mm hingga 49,95 mm. Perbedaan zona hambatan ini diduga
adanya perbedaan dalam menghasilkan antibiotik dari masing-masing isolat
Actinomycetes. Sedangkan pengujian in vivo, aplikasi Actinomycetes A3B1
berpengaruh positif terhadap masa inkubasi penyakit, yaitu dapat menunda
pertumbuhan patogen sampai 30 hari setelah inokulasi, sedangkan pada perlakuan
A1B1 dan A2B1 mampu menunda 4 kali lebih lama dibandingkan dengan kontrol.
Untuk keparahan penyakit yang muncul pada tanaman tembakau, perlakuan
Actinomycetes A3B1 juga mampu menghambat perkembangan penyakit busuk
batang berlubang hingga 100% pada akhir pengamatan, meskipun strain lainnya
A1B1 dan A2B1 hanya mampu menekan perkembangan penyakit hingga 45,8%
dan 50%, sedangkan pada kontrol munculnya gejala penyakit pada 21 hsi sebesar
100%.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4297]