dc.description.abstract | Kanker menjadi salah satu penyakit yang sangat ditakuti karena sulit
disembuhkan dan tidak jarang menyebabkan kematian. Kanker menduduki peringkat
kedua sebagai penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung. Di Indonesia,
kanker berada di urutan ke-6 sebagai penyebab kematian dan setiap tahunnya terdapat
100 penderita kanker baru dari setiap 100.000 penduduk. Pengobatan kanker yang
biasa dilakukan seperti pembedahan (operasi), kemoterapi (termasuk imunoterapi
dan pemberian hormon) dan radioterapi belum memberikan hasil yang memuaskan
dan memiliki beberapa kelemahan sehingga dicari suatu alternatif untuk antikanker.
Tanaman obat telah banyak digunakan untuk mengobati penyakit kanker, baik
sebagai upaya preventif, promotif maupun rehabilitatif. Salah satu tanaman yang
dapat digunakan untuk mengobati penyakit kanker adalah keladi tikus (Thyphonium
flagelliforme (Lood) BI). Ekstrak diklorometana umbi keladi tikus telah terbukti
memiliki aktivitas antikanker secara in vitro sehingga perlu diteliti lebih lanjut
aktivitas antikankernya secara in vivo pada fibrosarkoma mencit jantan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antikaker ekstrak diklorometana umbi keladi
tikus secara in vivo serta kandungan kimia di dalam ekstrak tersebut.
Mencit sebagai hewan coba dikelompokkan secara acak menjadi tiga
kelompok masing-masing tiga ekor yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok
perlakuan dosis 60 mg/kgBB, dan kelompok perlakuan dosis 120 mg/kgBB.
Fibrosarkoma pada mencit dihasilkan dengan menginjeksikan larutan benzo(a)pirena
0,3% (b/v) dalam oleum olivarum subkutan pada masing-masing kelompok dua hari
sekali sampai sepuluh kali suntik kemudian ditunggu kurang lebih tiga bulan. Ekstrak
vii
diklorometana umbi keladi tikus diujikan pada kelompok perlakuan dosis 60
mg/kgBB dan 120 mg/kgBB sehari sekali sampai sepuluh kali setelah terjadi kanker
pada mencit. Pengamatan efek antikanker ditentukan dengan menghitung nilai persen
rasio pertumbuhan kanker relatif (T/C), nilai persen hambatan pertumbuhan kanker
serta gambaran mikroskopis sediaan histopatologi anatomi jaringan kanker.
Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak diklorometana umbi
keladi tikus mengandung senyawa golongan flavonoid, terpenoid, steroid dan asam
lemak. Senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas antikanker yaitu dengan induksi
apoptosis melalui jalur mitokondrial dan aktivasi caspase-3, namun berdasarkan
gambaran mikroskopis sediaan histopatologi anatomi jaringan kanker hewan coba
kelompok perlakuan ekstrak diklorometana umbi keladi tikus baik dosis 60 mg/kgBB
dan 120 mg/kgBB menunjukkan bahwa mekanisme aktivitas antikanker melalui
nekrosis yang ditandai dengan banyaknya sel radang dan menunjukkan adanya respon
inflamasi sedangkan jika terjadi apoptosis tidak terdapat respon inflamasi. Nekrosis
dipicu oleh terjadinya peroksidasi lipid pada mitokondria akibat pemberian PUFA.
PUFA dapat menurunkan integritas membran mitokondria sehingga NAD dan ATP
menurun sedangkan ROS meningkat yang kemudian memicu terjadinya nekrosis.
Aktivitas antikanker ekstrak diklorometana dosis 60 mg/kgBB lebih kecil daripada
120 mg/kgBB. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai persen T/C dan nilai persen
hambatan pertumbuhan jaringan kanker kelompok perlakuan dosis 60 mg/kgBB lebih
kecil dibandingkan dosis 120 mg/kgBB. Selularitas fibrosarkoma kelompok
perlakuan dosis 60 mg/kgBB lebih padat dibandingkan dosis 120 mg/kgBB dan
pembentukan kolagen pada kelompok perlakuan dosis 60 mg/kgBB lebih sedikit
dibandingkan pada dosis 120 mg/kgBB sehingga disimpulkan bahwa aktivitas
antikanker ekstrak diklorometana umbi keladi tikus dosis 120 mg/kgBB lebih baik
dibandingkan dosis 60 mg/kgBB. | en_US |