dc.description.abstract | Tanaman obat dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit, salah
satunya hiperurisemia. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antihiperurisemia
adalah jinten hitam
Ekstraksi dilakukan mengunakan pelarut nonpolar
Pada penelitian ini digunakan hewan coba mencit putih jantan. Mencit dibagi
menjadi 6 kelompok meliputi
viii
mengetahui penurunan kadar asam urat. Pengukuran asam urat dilakukan
menggunakan spektrofotometer dengan metode indirrect, yaitu pengukuran H
2
yang terbentuk. Hasil yang didapat adalah penurunan ekstrak n-heksana sebesar 40,25
± 4,77 %; etil asetat sebesar 81,37 ± 9,48 %; dan etanol 70 % sebesar 45,85 ± 3,62 %.
Ekstrak etil asetat memiliki persen penurunan yang paling besar dibandingkan dengan
kelompok uji lainnya dengan signifikansi α 95%, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak
etil asetat merupakan ekstrak yang paling poten sebagai antihiperurisemia.
Hasil penapisan fitokimia didapatkan bahwa ekstrak etil asetat mengandung
senyawa alkaloid, saponin, dan terpenoid. Pada uji Meyer dan Wagner terdapat
kekeruhan pada larutan, sehingga diduga terdapat alkaloid. Pada uji buih terdapat
buih stabil dan ketika diuji salkowski terdapat cincin merah, sehingga diduga terdapat
saponin. Ekstrak positif mengandung terpenoid karena terbentuk 4 noda berwarna
ungu saat diuji KLT dengan penampak noda anisaldehida-asam sulfat, yaitu Rf1=
0,08; Rf2 = 0,34; Rf3= 0,65; dan Rf4= 0,73. Ketika diuji senyawa flavonoid ekstrak
tidak menampakkan hasil positif saat uji Bate-smith dan Wilstater, kemudian
dilakukan uji KLT dengan penampak noda sitro borat memberikan hasil yang negatif.
Ekstrak tidak mengandung senyawa tanin dan polifenol karena memberikan hasil
negatif saat direaksikan dengan gelatin dan FeCl
3
. Senyawa yang diduga memiliki
aktivitas anti-hiperurisemia adalah golongan terpenoid | en_US |