Pengujian Ricardian Equivalence Hypothesis terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia Berbasis Model Bernheim Tahun 1980-2011
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengujian Ricardian Equivalence
Hypothesis (REH) terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara Indonesia
dengan berbasis Model Bernheim tahun 1980-2011. Fenomena REH menunjukkan
pembiayaan APBN melalui defisit anggaran akan menyebabkan penurunan tabungan
pemerintah akibat pemotongan pajak. Ekonom klasik sendiri berpandangan defisit
anggaran pemerintah dengan menurunkan tarif pajak akan meningkatkan suku bunga
dan menurunkan investasi swasta Bernheim (1989) & Seater (1993), berpandangan
bahwa adanya defisit anggaran pemerintah dapat merugikan perekonomian yang
dinalisis melalui makro fundamental perekonomian. Kontras dengan pandangan
klasik, pandangan ricardian mensyaratkan bahwa turunnya tabungan pemerintah
akan diimbangi oleh tabungan swasta yang lebih tinggi, hal ini terjadi karena
peningkatan belanja pemerintah bersifat temporer dan tidak berpengaruh terhadap
permanent income masyarakat karena diimbangi pemotongan belanja dimasa depan
(Barro, 1974; Cadsby dan Frank, 1991; Slate et al, 1995; Ricciuti dan Laurea, 2003).
Pandangan REH secara keseluruhan berpendapat bahwa defisit anggaran mempunyai
pengaruh yang netral terhadap perekonomian.
Sementara itu sejurus dengan konsepsi REH, poin penting yang perlu ditelaah
adalah konsep dan implementasi APBN di Indonesia. Suminto (2004:1) dan Seda
(2003:68) memaparkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
merupakan salah satu instrumen utama pemerintah dalam mensejahterakan rakyat dan
terkait dengan pengelolaan perekonomian negara. Isu defisit anggaran di Indonesia
sebagai sumber pembiayaan APBN menjadi perhatian utama bahkan sejak kabinet
Ampera (Orde Lama), pengaruh pembiayaan APBN seperti dipaparkan (Kunarjo, 2001:4; Abimanyu, 2003; Sriyana, 2007; Purnomo, 2010) yang dilakukan melalui
pinjaman luar negeri maupun penerbitan obligasi mempengaruhi beberapa variabel
makro ekonomi antara lain tingkat bunga, neraca pembayaran, tingkat inflasi,
konsumsi dan tabungan, dan tingkat pertumbuhan ekonomi
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pertumbuhan
ekonomi, defisit anggaran, belanja pemerintah, hutang pemerintah dan tabungan
masyarakat terhadap konsumsi domestik di Indonesia, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Penelitian ini fokus kepada dua analisis, yaitu analisis
deskriptif dan analisis kausal dengan menggunkan metode Error Correction Model
(ECM) Domowitz and Elbadlawi (1987) untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh
Ricardian equivalence Hypothesis dalam APBN Indonesia. Diharapkan hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi bagi praktisi, mahasiswa, maupun
masyarakat tentang fenomena empiris dan konsep ricardian di Indonesia. Untuk
menunjang penelitian pada tinjauan pustaka akan dipaparkan dengan berbagai aspek
teori yang mendukung serta konsep dan framework yang dihubungkan dengan logika
ricardian seperti teori defisit anggaran, teori fiskal, teori konsumsi, teori pengeluaran
pemerintah, teori hutang pemerintah dan teori (REH) ricardian equivalence
hypothesis guna melengkapi penelitian ini juga dihadirkan beberapa kompilasi
penelitian sebelumnya secara komprehensif mengenai pengaruh REH dalam logika
dan respon terhadap makro ekonomi Indonesia dari penelitian Adji (1996), Giorgioni
dan Holden (2001), Kustepeli (2005), Agustinus (2006).
Penelitian ini mengadaptasi model yang digunakan oleh Bernheim (1987)
mengenai pengukuran dampak langsung defisit anggaran melalui data agregat time
series dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan error correction model
(ECM). Uji pertama uji stasioneritas data melalui uji akar-akar unit (unit root test),
Uji Kointegrasi (cointegrasion test), ECM, Uji Asumsi Klasik dan Uji Stabilitas pada
model. Hasil penelitian ini dengan menggunakan simulasi model I-VI b ditemukan
bahwa variabel ECT menunjukkana adanya ketidakseimbangan hubungan dinamis antara variabilitas
dan variabel independen dalam simulasi model terjadi dalam
jangka dan ketidakseimbangan dalam jangka panjang, koefisien kesalahan
ketidakseimbangan (ECT) dapat digunakan untuk mengukur tingkat signifikansi 10%
dan menunjukkan tanda positif, maka spesifikasi model sudah valid dan dapat
menjelaskan variabel dependent yang dalam penelitian ini adalah Cdom Indonesia
(Insukindro et al., 2001).
Hasil analisis data konsumsi domestik Indonesia ditopang olah pengeluaran
konsumsi domestik dan pengeluaran konsumsi investasi tahun 2004-2011
menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan ekonomi disumbangkan dari konsumsi
domestik dalam negeri sebesar > 60% dari GDP, kontras dengan pengeluaran
konsumsi untuk investasi yang bernilai 33% atas GDP pada tahun 2011. Hasil
analisis ekonometrik menunjukkan fenomena ricardian di Indonesia juga melibatkan
perkembangan output yang diukur menggunakan tingkat pertumbuhan ekonomi atau
GDP. Pertumbuhan GDP juga dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi di dalam suatu
negara, perkembangan GDP sejak tahun 2004-2010 menunjukkan peningkatan yang
signifikan, beberapa penelitian seperti Cohen (2000) menggunakan parameter rasio
hutang terhadap GDP sebagai indikator ketahanan fiskal. Hal ini menjadi penting
mengingat rasio hutang terhadap GDP Indonesia menunjukkan rasio yang semakin
menurun sejak tahun 2004. berdasarkan simulasi VI b dalam jangka pendek
fenomena REH dapat disimpulkan terjadi di Indonesia, hal ni dibuktikan koefisien
regresi variabel hutang pemerintah (LU) tidak signifikan dengan nilai -1.1242 dengan
nilai prob 0.19 dan menunjukkan pengaruh negatif dimana setiap peningkatan sebesar
1% akan menyebabkan Cdom menurun sebesar 1.1242. Hal ini sejalan dengan
penelitian Kustepelli (2005) yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah
bersifat produktif bagi perekonomian, sedangkan dalam hipotesis model klasik
menyatakan bahwa defisit akan berpengaruh negatif terhadap tingkat konsumsi
domestik, sebangun dengan hasil penelitian yang dilakukan di Indonesia
menunjukkan bahwa hutang pemerintah (LU) dalam jangka panjang berpengaruh negatif dansignifikan yang ditunjukkan melalui nilai koefisien -19.4251 dengan t-stat
1.9 pada α =10%. Hal ini menunjukkan dalam jangka panjang pengaruh defisit
anggaran signifikan dan memberikan pengaruh negatif bagi konsumsi domestik
(Cdom), untuk kasus Indonesia dalam jangka panjang tidak selaras dengan preposisi
REH dimana menyatakan bahwa defisit anggaran menyebabkan efek yang netral
terhadap perekonomian.
Sementara jika dilihat dari perspektif tingkat tabungan masyarakat (LW).
dimana dalam kasus Indonesia menunjukkan bahwa nilai tabungan masyarakat
semakin meningkat akan tetapi secara rasio tingkat tabungan pemerintah semakin
menurun terhadap tabungan masyarakat, hal ini menunjukkan bahwa hutang yang
dilakukan pemerintah Indonesia justru efektif untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang diproksikan oleh kenaikan GDP. Dari hasil analisis data pada model
VI b dalam jangka pendek menunjukkan bahwa koefisien tabungan masyarakat (LW)
tidak signifikan sebesar -0.1808 dengan nilai Prob 0.63 yang artinya menujukkan
pengaruh yang negatif dimana setiap peningkatan sebesar 1% akan menyebabkan
Cdom menurun sebesar 0.1808. Sementara untuk jangka panjang pada model VI b
menunjukkan bahwa tabungan masyarakat (LW) menunjukkan pengaruh signifikan
dan berpengaruh positf terhadap Cdom dengan nilai koefisien 2.27628 pada t-stat
0.42 pada α = 10%. Saran yang harus dilakukan Indonesia harus membuat strategi
kebijakan yang tepat untuk mendorong terciptanya aliran investasi modal dan
menjaga pertumbuhan ekonomi yang positif sehingga lewat pembiyaan APBN
(anggaran defisit/surplus) yang tepat akan memberikan efek yang menguntungkan
bagi perekonomian. Pembiayaan APBN disarankan mengutamakan pembiayaan dari
dalam negeri. Strategi dan sinergi tersebut dapat berupa kebijakan dalam bidang
fiskal maupun moneter.