PENGARUH PEMBERIAN MINYAK IKAN LEMURU (Sardinella longiseps) DAN VITAMIN C TERHADAP JUMLAH OSTEOKLAS PADA TIKUS WISTAR YANG MENGALAMI PERIODONTITIS
Abstract
Penyakit periodontal merupakan penyebab utama hilangnya gigi. Penyakit
tersebut dapat terjadi karena adanya mikroorganisme rongga mulut yang berkoloni
pada plak gigi dan berkontak dengan margin gingiva sehingga menimbulkan
sejumlah infeksi yang dapat memicu terjadinya keradangan. Respon keradangan yang
ditimbulkan dapat bersifat nondestruktif tulang alveolar seperti gingivitis atau
destruktif tulang alveolar seperti periodontitis (Breivik &Rook, 2004). Periodontitis
dapat menyebabkan teresorbsinya tulang alveolar (Caranza et al., 2006). Resorbsi
tulang alveolaris pada tikus dapat dihambat dengan pemberian minyak ikan
(Indahyani et al., 2001). Minyak ikan merupakan nutrien yang kaya omega 3 PUFA
(poly unsaturated fatty acids) seperti EPA (eicosapendaenoid acid) dan DHA
(docohexaenoid acid) (Indahyani, 2003). Omega-3 yang terdapat di dalam minyak
ikan ternyata bersifat sangat tidak stabil, yaitu omega-3 yang terlalu banyak dalam
sel-sel tubuh akan lebih mudah teroksidasi oleh radikal bebas (Harli, 1999).
Pembentukan radikal bebas dapat dicegah dengan menggunakan zat gizi yang
berperan sebagai antioksidan seperti vitamin C (Atun, 2007). Vitamin C juga
berperan mensintesis matriks kolagen tipe 1 (Harijanti, 1996) dan memainkan
peranan penting dalam mempertahankan massa tulang dengan merangsang
pembentukan osteoblas dan menekan osteoklas (Huston, 2010). Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak ikan lemuru
(Sardinella longiseps) dan vitamin C terhadap jumlah osteoklas pada tikus wistar
yang mengalami infeksi periodontitis.
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Laboraturium
Histologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember pada bulan Februari-April
2012. Penelitian ini menggunakan 30 ekor tikus wistar. Sampel dikelompokkan
menjadi 5 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus wistar
(Kelompok I diinduksi salin normal, Kelompok II diinduksi LPS, Kelompok III
diinduksi LPS dan minyak ikan, Kelompok IV diinduksi LPS dan Vitamin C,
Kelompok V diinduksi LPS, minyak ikan dan Vitamin C). Kelompok yang ada dibagi
kembali menjadi dua kelompok khusus dimana masing-masing kelompok khusus
terdiri dari 3 ekor tikus (kelompok untuk perlakuan hari ke 7 dan ke 14). Setelah hari
ke 7 dan ke 14 hewan coba dikorbankan dan dipotong rahang bawah kanan dan
dibuat sediaan histologi. Setiap preparat dipotong 3 irisan dengan masing-masing
irisan diamati seluruh lapang pandang dan dihitung jumlah osteoklas kemudian
dirata-rata setiap preparat.
Pada penelitian ini dilakukan pengamatan jumlah osteoklas selanjutnya
dianalisa dengan uji statistik oneway Anova dan didapatkan perbedaan bermakna
antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa
minyak ikan dan vitamin C mempengaruhi jumlah osteoklas.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minyak ikan lemuru ditambah vitamin
C dapat menghambat jumlah osteoklas namun tidak lebih efektif dibandingkan
dengan pemberian minyak ikan saja maupun pemberian vitamin C saja. Hal ini
dikarenakan minyak ikan dan vitamin C berbeda massa jenis dan adanya perbedaan
absorbsi di usus antara minyak ikan lemuru dan vitamin C. Jika minyak ikan lemuru
dalam absorbsi membutuhkan enzim empedu sedangkan vitamin C tidak
membutuhkan zat lain dari tubuh, sehingga metabolisme tidak sempurna
(Andarwulan, dkk., 1992).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pemberian minyak ikan lemuru dan vitamin C dapat menurunkan jumlah osteoklas
pada tikus wistar jantan yang mengalami periodontitis, namun tidak lebih efektif
dibandingkan dengan pemberian minyak ikan saja maupun vitamin C saja.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2086]