DETEKSI DAGING BABI PADA SAMPEL DENDENG SAPI MENGGUNAKAN METODE FTIR DAN KEMOMETRIK SEBAGAI VERIFIKASI KEHALALAN
Abstract
Dendeng merupakan produk olahan daging secara tradisional yang merupakan
hasil suatu proses kombinasi kyuring dan pengeringan (Mulyani dan Sutaryo, 2004).
Secara umum dendeng dibuat dari daging sapi (Purnomo dalam Dalilah, 2006),
namun untuk memperoleh keuntungan lebih besar, produsen mencampur daging babi
ke dalam dendeng daging sapi dan dijual ke pasaran umum (Halal guide, 2009).
Menurut MUI (2008), hukum penggunaan daging babi dalam Islam adalah haram.
Oleh karena itu, penentuan adanya daging babi dalam dendeng sapi diperlukan dalam
verifikasi kehalalan dendeng tersebut. Terdapat berbagai metode yang dapat
digunakan dimana metode yang sederhana dan cepat adalah metode FTIR yang
dikombinasikan dengan metode statistik multivariat (kemometrik). Tujuan penelitian
ini adalah mengembangkan metode yang cepat dan sederhana untuk mendeteksi
daging babi dalam sampel dendeng sapi menggunakan metode FTIR dan
kemometrik.
Penelitian dilakukan dalam empat tahap secara berurutan. Tahap pertama
adalah pembuatan dan preparasi sampel dendeng simulasi dimana dendeng yang
terbuat dari daging sapi, daging babi dan campuran daging sapi-daging babi dengan
rentang konsentrasi 1,00-80,00% dibentuk menjadi serbuk dan dibagi dalam
kelompok training set (terdiri dari sepuluh dendeng murni sapi dan sepuluh dendeng
campuran) dan test set (terdiri dari satu dendeng murni sapi, satu dendeng murni babi
dan tiga dendeng campuran). Tahap kedua adalah pengukuran dengan
spektrofotometer FTIR yang menghasilkan karakteristik spektrum inframerah sampel
dimana spektrum inframerah yang dihasilkan digunakan untuk membentuk enam set data, yaitu: (1) spektrum daerah utuh tanpa perlakuan pendahuluan, (2) spektrum
daerah 3000-700 cm
-1
tanpa perlakuan pendahuluan, (3) spektrum daerah fingerprint
tanpa perlakuan pendahuluan, (4) spektrum daerah utuh dengan perlakuan
pendahuluan, (5) spektrum daerah 3000-700 cm
ix
-1
dengan perlakuan pendahuluan dan
(6) spektrum daerah fingerprint dengan perlakuan pendahuluan. Tahap ketiga adalah
pembentukan dan pemilihan model klasifikasi kemometrik (model LDA, SIMCA dan
SVM) dengan The Unscrambler X 10.2. Tahap keempat adalah pengaplikasian
metode FTIR dan model yang terpilih terhadap sampel dendeng sapi yang beredar di
pasaran kemudian hasil prediksi dibandingkan dengan hasil metode ELISA. Sampling
dendeng sapi yang beredar di pasaran dilakukan dengan teknik purposif.
Karakteristik spektrum inframerah dendeng murni dan dendeng campuran
memiliki pola serapan yang mirip dan hanya berbeda pada nilai kuantitatif
absorbansi. Untuk membedakan kedua spektrum tersebut, digunakan model
klasifikasi kemometrik berupa LDA, SIMCA dan SVM terhadap keempat set data
dan model klasifikasi LDA terhadap set data (1) merupakan model klasifikasi
kemometrik yang paling baik dengan kemampuan pengenalan sebesar 100% dan
kemampuan prediksi sebesar 100%. Setelah dilakukan pengaplikasian terhadap
sampel dendeng sapi yang beredar di pasaran diketahui bahwa dendeng sapi dengan
merek cap asem, cap daun cabe, brenggolo, carefour, sukosari, dua kepala sapi, AAA,
cap merak, cap NR dan cap cendrawasih adalah halal untuk dikonsumsi karena
diketahui tidak mengandung daging babi.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]