LAJU FIKSASI NITROGEN (N2) PADA TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merill) YANG BERASOSIASI DENGAN BAKTERI FOTOSINTETIK Synechococcus sp.
Abstract
Tanaman kedelai memperoleh pasokan nitrogen tidak hanya melalui pemupukan dan fiksasi N dari udara oleh bakteri Rhizobium, tetapi juga dapat melalui fiksasi N dari udara dengan cara berasosiasi dengan bakteri fotosintetik Synechococcus sp. Bakteri Synechococcus sp. diketahui hidup di filosfer dan mempunyai kemampuan menambat N2 dari udara menjadi senyawa-senyawa sekunder dan memberikan nutrisi sederhana yang diperlukan oleh tanaman. Penelitian mengenai hubungan antara asosiasi tanaman kedelai dengan bakteri fotosintetik Synechococcus sp. terhadap laju fiksasi N2 pada tanaman kedelai selama ini hanya menggunakan pendekatan yang sederhana dan belum menunjukkan hasil laju fiksasi N2 harian secara spesifik. Sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui laju fiksasi N2 harian pada tanaman kedelai yang berasosiasi dengan bakteri fotosintetik Synechococcus sp., salah satunya dengan menggunakan metode Ohyama (2006).
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji laju fiksasi nitrogen harian pada tanaman kedelai (Glycine max L. Merill) yang berasosiasi non-simbiotik dengan bakteri fotosintetik Synechococcus sp. strain Sitobondo. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang teknologi penggunaan bakteri fotosintetik Synechococcus sp. strain Situbondo dalam menambat N2 di atmosfer pada tanaman kedelai.
Penelitian dilaksanakan di green house dan Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jember, dimulai tanggal 9 Juni 2010 sampai 31 Agustus 2010. Bahan utama yang digunakan adalah kedelai varietas Baluran dan bakteri fotosintetik Synechococcus sp. strain Situbondo. Penelitian dilaksanakan dengan 5 perlakuan yaitu: tanaman tanpa disemprot dengan Synechococcus sp. atau kontrol (P0); tanaman disemprot dengan Synechococcus sp. 1 kali pada saat inisiasi bunga 32 HST (P1); tanaman disemprot dengan Synechococcus sp. 2 kali pada saat fase pertumbuhan eksponensial 21 HST dan inisiasi bunga 32 HST (P2); tanaman disemprot dengan Synechococcus sp. 2 kali pada saat inisiasi bunga 32 HST dan pembentukan polong 38 HST (P3); tanaman disemprot dengan Synechococcus sp. 3 kali pada saat fase pertumbuhan eksponensial 21 HST, inisiasi bunga 32 HST, dan pembentukan polong 38 HST (P4). Pengambilan data dilakukan 2 kali pada fase pertumbuhan yang berbeda yaitu pada R1 umur tanaman 28 HST dan R2 umur tanaman 60 HST. Parameter pengamatan meliputi N-total jaringan (%), N-ureida (μg N), N-α-amino (μg N), N-nitrat (μg N), Laju fiksasi nitrogen (% per hari), jumlah bintil akar, persentase bintil akar aktif (%), laju fotosintesis, luas daun total (cm2), persentase polong isi (%), persentase polong hampa (%), jumlah bijipertanaman, berat biji per tanaman (g), temperatur tanah (°C), kadar lengas tanah (%), pH tanah, kelembaban udara (%) dan temperatur udara (°C). Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Nilai rerata masing-masing perlakuan setiap parameter dibandingkan dengan nilai SEM (Standard Error of the Mean).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asosiasi bakteri fotosintetik Synechococcus sp. dengan tanaman kedelai (Glycine max L. Merill) belum secara nyata meningkatkan laju fiksasi nitrogen (N2) harian, tetapi hanya sebagai penyeimbang laju fiksasi nitrogen oleh Rhizobium sehingga mampu meningkatkan komponen hasil tanaman, dan peningkatan hasil berupa biji tertinggi yaitu pada aplikasi bakteri Synechococcus sp. sebanyak 1 kali (pada fase inisiasi bunga).
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]