| dc.description.abstract | Mengembangkan keturunan adalah naluri setiap manusia, yang dari pernikahan tersebut terjalinlah sebuah ikatan suami istri yang pada gilirannya terbentuk sebuah keluarga berikut keturunannya berupa anak-anak. Oleh karena itu, kurang lengakaplah sebuah keluarga tanpa kehadiran seorang anak, sehingga cara untuk mengangkat seorang anak yang sering dilakukan oleh pasangan suami istri yang belum juga dikaruniai anak. Alasan lain yang menjadi faktor mengangkat seorang anak adalah karena ingin menolong anak yang diangkat tersebut Karena berasal dari keluarga yang tidak mampu, karena belas kasihan. Permasalahannya adalah apabila pasangan suami istri yang mengangkat anak tersebut meninggal dunia, maka apakah anak yang diangkat tersebut berhak atas harta orang tua angkatnya. Hal ini tentunya terkait dengan akibat hokum dari penetapan pengangkatan anak melalui Pengadilan Agama.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis mengkaji dalam bentuk skripsi dengan judul “AKIBAT HUKUM PENGANGKATAN ANAK MELALUI PENETAPAN PENGADILAN AGAMA TERHADAP HARTA ORANG TUA ANGKATNYA MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM”. Permasalahan yang akan dibahas berdasarkan latar belakang tersebut adalah apakah anak angkat berhak terhadap harta orang tua angkatnya, dan berapa bagian hak yang boleh diterima oleh anak angkat terhadap harta orang tua angkatnya.
Berawal dari permasalahan tersebut, dalam penulisan skripsi ini selain bertujuan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Jember, juga bertujuan untuk mengetahui dan memahami apakah anak angkat mempunyai hak terhadap harta orang tua angkatnya, dan untuk mengetahui berapa bagian hak yang boleh diterima oleh anak angkat terhadap harta orang tua angkatnya. | en_US |
