Show simple item record

dc.contributor.authorRyan Yoda Perdana
dc.date.accessioned2014-01-25T00:17:29Z
dc.date.available2014-01-25T00:17:29Z
dc.date.issued2014-01-25
dc.identifier.nimNIM001710101110
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/23760
dc.description.abstractMie adalah salah satu bentuk produk pangan yang sudah cukup popular dan disukai oleh berbagai kalangan masyarakat. Produk ini dibuat dari terigu yang sampai saat ini masih diimpor, baik dalam bentuk tepung maupun dalam bentuk biji gandum. Pada kuartal pertama (Januari – April) 2005 impor terigu meningkat menjadi 80 % yaitu 176 ribu ton. Padahal, pada periode yang sama 2004 hanya sebesar 98 ribu ton (Anonim, 2005). Bagi Indonesia yang bukan Negara penghasil gandum, substitusi sebagian terigu dengan tepung non terigu untuk pembuatan makanan akan dapat menghemat devisa Negara. Berdasarkan hal tersebut di atas maka digunakan bahan alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap tepung gandum. Serbuk ubi kayu berasal dari ampas atau onggok yang merupakan limbah dari pembuatan tepung tapioka atau kanji. Tapi menurut Utomo dan Antarlina, 2001, serbuk ubi kayu dapat berfungsi sebagai pengganti atau substitusi tepung terigu pada produk kue basah dan kue kering dan bahan campuran untuk lauk pauk serta pengganti tepung roti atau panir, seperti biasa digunakan. Pemanfaatan serbuk ubi kayu menjadi berbagai produk olahan pangan diharapkan dapat meningkatkan konsumsi ubi kayu dan nilai tambah ubi kayu yang selama ini masih dipandang sebagai komoditas yang rendah gizinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat substitusi tepung komposit dan tingkat fortifikasi tepung kacang tunggak terhadap sifat fisik dan sifat sensorik mie kering. Serta untuk menentukan tingkat substitusi serbuk ubi kayu dan fortifikasi tepung kacang tunggak yang tepat sehingga dihasilkan mie kering dengan sifat – sifat yang baik dan disukai konsumen. Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu (1) Pembuatan tepung komposit dengan substitusi sebuk ubikayu sebanyak kontrol, 10, 20, 30, 40 dan 50 % terhadap tepung terigu dalam pembuatan mie kering. Tahap ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor 6 perlakuan dengan model tetap, yaitu perlakuan pemberian serbuk ubikayu (A) terhadap tepung terigu. Ulangan yang diberikan adalah 1 kali tiap perlakuan. Parameter yang diamati meliputi kadar air, elastisitas, NPA dan NKA. Dari data hasil percobaan kemudian diolah dengan menggunakan uji T – test yang dibandingkan antara control dengan perlakuan 10, 20, 30, 40 dan 50 %. Dari hasil pengamatan pada tahap 1 akan diambil yang terbaik untuk digunakan pada tahap 2. Tahap (2) Fortifikasi tepung kacang tunggak 0, 5 dan 10 % terhadap tepung komposit dalam pembuatan mie kering. Tahap ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial yang terdiri dari 2 faktor, factor pertama (A) jenis tepung komposit, sedangkan factor kedua (B) adalah fortifikasi tepung kacang tunggak. Parameter yang diamati meliputi kadar air, elastisitas, xvii NPA, NKA, uji diskriptif yaitu warna, aroma dan elastisitas, dan uji kesukaan keseluruhan. Data yang diperoleh di analisis dengan sidik ragam dan perlakuan yang menunjukkan beda nyata dilanjutkan dengan uji beda dengan menggunakan metode uji beda DMRT (Duncan Multiple Range) pada taraf 5 %. Hasil penelitian diperoleh tingkat substitusi serbuk ubi kayu yang layak digunakan dalam pembuatan mie kering pada tahap 2 adalah 10 dan 20 %. Sedangkan dari berbagai jenis tepung komposit (terigu dan serbuk ubi kayu) dalam pembuatan mie kering berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air, elastisitas, NPA dan NKA dari mie kering yang dihasilkan. Sedangkan fortifikasi tepung kacang tunggak terhadap terigu dalam pembutan mie kering berpengaruh sangat nyata terhadap NKA dan NPA. Dan berpengaruh nyata terhadap kadar air. Serta berpengaruh tidak nyata terhadap elastisitas. Sedangkan untuk kombinasi pada berbagai jenis tepung komposit dan tingkat fortifikasi tepung kacang tunggak terhadap tepung terigu dalam pembuatan mie kering berpengaruh sangat nyata pada aroma serta berpengaruh tidak nyata pada warna dan keseluruhan. Untuk mie matang berpengaruh nyata pada warna, aroma dan elastisitas serta berpengaruh tidak nyata pada keseluruhan. Jenis tepung komposit dan tingkat fortifikasi tepung kacang tunggak yang paling tepat dalam pembuatan mie kering dan disukai konsumen adalah A1B3 (serbuk ubi kayu 10 % dan tepung kacang tunggak 10%).en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries(001710101110);
dc.subjectMIE KERINGen_US
dc.titlePEMBUATAN MIE KERING DARI TEPUNG KOMPOSIT (TERIGU DAN SERBUK UBI KAYU) YANG DIFORTIFIKASI TEPUNG KACANG TUNGGAK,en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record