dc.description.abstract | Kondisi domestik Indonesia sangat labil pada masa akhir pemerintahan Presiden Soeharto. Hal itu diakibatkan oleh adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997. Kondisi perekonomian yang buruk tersebut ternyata masih dirasakan hingga masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, sehingga Presiden Abdurrahman Wahid merasa perlu melakukan pemulihan kondisi perekonomian nasional Indonesia. Dalam upaya melakukan upaya tersebut, pemerintah Indonesia tentunya memerlukan dukungan ekonomi dari lingkungan ekternal. Berkaitan dengan hal tersebut, maka Indonesia memerlukan menjalin hubungan harmonis dan melakukan kerjasama yang saling menguntungkan dengan negara-negara yang diasumsi dapat membantu Indonesia mempercepat proses pemulihan perekonomian. Oleh karena itu, Indonesia membidik negara-negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi untuk dijadikan mitra kerjasama. China merupakan salah satu negara yang memenuhi kriteria tersebut, sehingga Presiden Abdurrahman Wahid sebagai seorang Presiden RI merasa perlu untuk melakukan kunjungan ke China. Hal itu berkaitan dengan adanya dinamika dalam hubungan antara Indonesia dan China sebelum pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid.
Melalui kunjungan Presiden Abdurrahman Wahid ke China pada tanggal 4 Desember 1999 beliau berharap dapat kembali menciptakan hubungan yang harmonis dengan China mengingat hubungan antara kedua negara sempat surut akibat adanya tragedi tanggal 13-14 Mei 1998. Apabila hubungan harmonis sudah dapat diciptakan maka harapan Presiden Abdurrahman Wahid yang selanjutnya yaitu mendapat dukungan ekonomi dari China. Jika dukungan ekonomi dari China sudah didapatkan maka diperkirakan proses pemulihan perekonomian di Indonesia akan terlaksana dengan cepat. | en_US |