Heritabilitas Dan Korelasi Genotipik Antar Sifat Kuantitatif 10 Genotip Kacang Hijau
Abstract
Kacang hijau ( Vigna radiata L. Wilczek) sudah dikenal masyarakat sebagai
kacang-kacangan yang kaya akan zat gizi dan memiliki daya cerna yang baik, sehingga
cocok sebagai gizi anak balita dan manula. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman
Leguminose yang cukup penting di Indonesia. Posisinya menduduki tempat ketiga setelah
kedelai dan kacang tanah. Permintaan terhadap kacang hijau cukup tinggi dan cenderung
meningkat dari tahun ke tahun, sementara laju peningkatan luas areal tanamnya masih
dibawah jagung dan kedelai maupun kacang tanah. Penyebabnya antara lain karena
kesulitan petani dalam mendapatkan benih yang berkualitas baik dan tersedia tepat waktu.
Penggunaan varietas unggul merupakan salah satu alternatif pemecahan terhadap
rendahnya produksi kacang hijau saat ini. Varietas unggul kacang hijau memiliki
beberapa kelebihan, antara lain produksinya yang tinggi berumur genjah, lebih tahan
terhadap hama dan penyakit, serta lebih tahan terhadap cekaman lingkungan. Penanaman
varietas unggul ini diharapkan akan dapat lebih meningkatkan produktivitas tanaman
kacang hijau. Heritabilitas merupakan nisbah besaran ragam genotipe dengan besaran
ragam fenotipe sifat yang bersangkutan dan merupakan tolak ukur penting dalam seleksi
(Knight,1979 dalam Kuswanto, 1992). Heritabilitas dan korelasi dari suatu sifat
diperlukan karena dari nilai yang diketahui dapat memberikan gambaran kemungkinan
kemajuan genetik yang akan diperoleh selama seleksi, disamping itu tolak ukur seleksi
dapat diketahui secara tidak langsung dari nilai koefisien korelasi. Antara genotipe yang
berbeda terhadap koefsien korelasi yang berbeda pula. Penelitian ini mengguakan
rancagan acak kelompok RAK) non-faktorial dengan tiga kali ulangan serta terdiri dari
sepuluh genotype. Genotip tersebut antara lain: 1) Kutilang, 2) Sampeong, 3) Perkutut, 4)
Sriti, 5) Kenari, 6) NO. 129, 7) Murai, 8) Betet, 9) Lokal Pare-1, 10)Lokal Pare-2. Hasil
analisis keragaman genotipik dan fenotipik menunjukkan bahwa pada umumnya nilai
koefisien keragaman genotipik dan fenotipi rendah untuk semua sifat yang diamati,
berdasarkan kriteria Moedjiono dan Mejaya (1994). Koefisien korelasi genotipik dan
fenotipik menunjukkan nilai yang searah namun nilai koefisien fenotipik cenderung lebih
rendah, yang berarti genotipik sifat-sifat tersebut tidak dipengaruhi oleh lingkungan.
Collections
- UT-Faculty of Agriculture [4239]