dc.description.abstract | Kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan dan merupakan
komoditas ekspor penting di Indonesia. Pada tahun 2001 Indonesia menjadi
negara produsen kopi terbesar keempat di dunia setelah Vietnam dengan nilai
ekspor kopi sebesar 319.000 ton atau 6% dari total pasar dunia (Noor, 2003) dan
pada tahun 2004 menurun menjadi 300.000 ton (Najiyati dan Danarti, 2004).
Tingkat produktivitas yang menurun tersebut disebabkan oleh kurangnya
perawatan tanaman dan serangan hama penyakit. Selama ini zat pengatur tumbuh
jarang digunakan, sekalipun digunakan petani lebih memilih menggunakan
hormon tumbuh yang sudah beredar di pasaran dimana hormon tumbuh tersebut
berasal dari bahan-bahan kimia. Penggunaan bahan kimia tersebut menyebabkan
dampak yang kurang baik terhadap tanaman maupun lingkungan. Selain
menggunakan zat pengatur tumbuh kimia, petani juga menggunakan bahan kimia
untuk mengendalikan hama penyakit yaitu penggunaan pestisida kimiawi yang
juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan kecelakaan bagi
pengguna. Bahaya penggunaan bahan kimia tersebut mendorong usaha untuk
mencari bahan alami yang bisa digunakan sebagai zat pengatur tumbuh dan
pestisida nabati, salah satunya yaitu biji kelor. Biji kelor memiliki kandungan
tryptophan (Fuglie, 2001) yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh. Selain itu
Moringa oleifera memiliki kandungan saponin (Orgenetics, 2005). Saponin ini
merusak sistem syaraf hama melalui oral maupun kulit hama sehingga dapat
mematikan dan melumpuhkan hama (Hasanuddin, 2008). Sehubungan dengan hal
tersebut maka aplikasi ekstrak biji kelor diharapkan dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman kopi dan juga mengendalikan serangan hama pada tanaman
vii
kopi. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh aplikasi biji kelor
terhadap pertumbuhan tanaman kopi dan serangan hama tanaman kopi
Penelitian dilakukan di Green House Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember. Penelitian menggunakan
rancangan acak kelompok (RAK) dengan 6 ulangan dan tiga unit sampel tanaman.
Bahan yang digunakan yaitu ekstrak biji kelor yang diaplikasikan pada bibit kopi
umur 3 bulan. Aplikasi dilakukan dengan 5 konsentrasi yang berbeda, yaitu K0
(0%), K1 (2%) aplikasi satu minggu sekali, K2 (4%) aplikasi dua minggu sekali,
K3 (5%) aplikasi tiga minggu sekali, K4 (10%) aplikasi empat minggu sekali,
dengan jumlah dosis yang sama yaitu 20%.
Hasil penelitian menunjukkan aplikasi ekstrak biji kelor ada
kecenderungan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kopi dan efektif dalam
mengendalikan serangan hama kutu hijau (Coccus viridis) dengan kosentrasi yang
baik yaitu 5% dalam selang aplikasi tiga minggu sekali. | en_US |