APLIKASI METODE GEOLISTRIK “RESISTIVITY SOUNDING” MENENTUKAN KEDALAMAN PASIR BESI DI DESA WOTGALIH KECAMATAN YOSOWILANGUN KABUPATEN LUMAJANG
Abstract
Pasir besi dapat diperoleh dari penambangan pasir pantai. Pasir besi
mengandung oksida besi seperti wustite (FeO), hematite (Fe2O3), magnetite (Fe3O4)
dan oksida besi titanium (FeTiO3) (Haryatmo, Agung. 2006). Pasir besi adalah unsur
logam. Bijih besi terbentuk oleh proses pelapukan, disintregasi dari akumulasi secara
mekanik, menghasilkan endapan atas flagmen mineral dan batuan rombakan. Mineral
bijih besi ini dapat ditemukan dalam aluvium pantai dan sungai yang disebut pasir
besi.
Berdasarkan hasil survei dari beberapa pengelola, Kabupaten Lumajang
memiliki pasir besi di pantai Desa Wotgalih. Sayangnya, belum diketahui banyak
pihak dan yang mengelola di Pantai Wotgalih hanya satu tangan. Areal tambang pasir
besi diperkirakan mencapai 2.650 ha (www.lumajang.go.id). Dengan sebaran
memanjang dalam satu deret di sepanjang pantai selatan. Sebaran tersebut berada di
pantai selatan Kecamatan Yosowilangun, Kecamatan Kunir, Kecamatan Tempeh dan
Kecamatan Pasirian. Untuk memperkirakan cadangan pasir besi di daerah tersebut
diperlukan informasi kedalamannya.
Agar dapat diperoleh informasi tentang kedalaman pasir besi dapat
digunakan metode geolistrik resistivitas karena salah satu sifat fisika dari unsur
logam termasuk besi adalah memiliki resistivitas rendah. Metode geolistrik
resistivitas merupakan metode yang mudah digunakan dan relatif murah.
Pengaplikasian metode geolistrik resistivitas sudah banyak digunakan dalam proses
pendeteksian bawah permukaan tanah. Pada penelitian ini digunakan metode
resistivity sounding yang bertujuan untuk mengetahui variasi susunan batuan secara
vertikal. Konfigurasi yang dipakai pada metode ini yaitu konfigurasi Schlumberger.
Pada penelitian ini digunakan delapan titik sounding. Data yang diambil
adalah data lapang yang berupa nilai resistivitas semu dari permukaan tanah pada
lokasi penelitian dan data laboratorium berupa nilai resistivitas pasir besi. Nilai
resistivitas pasir besi yang didapat dari penelitian laboratorium yaitu sebesar 37,11
Ωm. Nilai resistivitas yang didapat dari pengambilan data laboratorium dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan kedalaman dan ada tidaknya pasir besi,
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pasir besi di sebelah
selatan pantai Desa Wotgalih terdapat di titik sounding ketiga, keempat, keenam dan
ketujuh. Dari keseluruhan lokasi penelitian hanya 50% saja yang diduga mengandung
pasir besi dan terdapat pada kedalaman 0,74 – 22,39 m. Hasil yang diperoleh dari
hasil penelitian tidak sesuai dengan data wawancara kepada masyarakat Desa
Wotgalih tentang kedalaman pasir besi karena menurut warga desa setempat kedalam
pasir besi didaerah ini yaitu sekitar 0,5 m dan terdapat hampir diseluruh lokasi
penelitian. Hal ini terjadi karena dimungkinkan metode yang digunakan tidak sesuai,
sehingga metode yang digunakan tidak berhasil untuk mendeteksi adanya pasir besi.
Oleh karena itu dapat digunakan metode resistivity yang lain.
Setelah ditemukannya pasir besi diharapkan pemerintah daerah tidak besarbesaran
mengeksploitasi pasir besi di daerah pantai selatan Desa Wotgalih
dikarenakan dapat merusak lingkungan, dan diharapkan pemerintah daerah dapat
menjaga lingkungan di sekitar pantai selatan Desa Wotgalih walaupun pasir besi
tersebut akan ditambang dan digunakan untuk menaikkan taraf hidup masyarakat
sekitar.